Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agung Setiyo Wibowo
Author

Konsultan, self-discovery coach, & trainer yang telah menulis 28 buku best seller. Cofounder & Chief Editor Kampusgw.com yang kerap kali menjadi pembicara pada beragam topik di kota-kota populer di Asia-Pasifik seperti Jakarta, Singapura, Kuala Lumpur, Manila, Bangkok, Dubai, dan New Delhi. Founder & Host The Grandsaint Show yang pernah masuk dalam Top 101 podcast kategori Self-Improvement di Apple Podcasts Indonesia versi Podstatus.com pada tahun 2021.

Menjadi "Sandwich Generation" yang Berdaya

Kompas.com - 22/02/2023, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ADA puluhan juta warga, mungkin Anda salah satunya, yang bertanggung jawab mengurusi kedua orang tua mereka sekaligus anak-anaknya sendiri. Menurut PEW Research, setidaknya 47 persen orang dewasa berusia 40-an dan 50-an di dunia saat ini mendapati diri mereka terjepit di antara dua generasi atau lebih dikenal sebagai sandwich generation

Istilah generasi sandwich diperkenalkan pertama kali tahun 1981 oleh seorang profesor sekaligus direktur praktikum Universitas Kentucky di Lexington, Amerika Serikat (AS), bernama Dorothy A Miller. Generasi sandwich merupakan generasi orang dewasa yang harus menanggung hidup tiga generasi, yaitu orang tuanya, dirinya sendiri, dan anaknya.

Kenapa diberi istilah sandwich? Kondisi itu diibaratkan seperti sandwich karena sepotong daging terhimpit oleh dua buah roti. Roti tersebut diibaratkan sebagai orang tua (generasi atas) dan anak (generasi bawah). Sedangkan isi utama sandwich berupa daging, mayonnaise, dan saus yang terhimpit oleh roti diibaratkan bagai diri sendiri.

Baca juga: Menikah dengan Generasi Sandwich? Ini Cara Memutus Rantai Generasi Sandwich

Disarikan dari berbagai sumber, generasi sandwich terjadi pada seseorang, baik pria maupun wanita, yang memiliki rentan umur dari 30 hingga 40 tahun. Namun sebagian pakar ada yang menyebutkan rentang umur mereka adalah antara 30 hingga 50 tahun. 

Aging and Elder Care Expert bernama Carol Abaya pernah mengategorikan generasi sandwich menjadi tiga ciri berdasarkan perannya.

Pertama, The Traditional Sandwich Generation. Orang dewasa berusia 40 hingga 50 tahun yang dihimpit oleh beban orang tua berusia lanjut dan anak-anak yang masih membutuhkan finansial.

Kedua, The Club Sandwich Generation. Orang dewasa berusia 30 hingga 60 tahun yang dihimpit oleh beban orang tua, anak, cucu (jika sudah punya), dan atau nenek kakek (jika masih hidup).

Ketiga, The Open Faced Sandwich Generation. Siapapun yang terlibat dalam pengasuhan orang lanjut usia, namun bukan merupakan pekerjaan profesionalnya (seperti pengurus panti jompo) termasuk ke dalam kategori ini.

Tidak mengherankan jika penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa "generasi sandwich" sering mengalami tingkat stres yang lebih tinggi daripada orang dewasa lainnya dan cenderung mengatakan bahwa mereka selalu merasa terburu-buru atau terdesak waktu.

Pasalnya, ada tuntutan dalam memikul tanggung jawab keuangan untuk anak-anak mereka sekaligus orang tua mereka yang lanjut usia. Akibatnya, begitu terimbas pada masa depan keuangan atau kesejahteraan mereka sendiri.

Merawat Diri Sendiri Itu Penting

Dengan semua tanggung jawab itu, mungkin mudah bagi siapa saja yang mengidentifikasi diri sebagai "sandwich" untuk melupakan kebutuhan mereka sendiri. Padahal perawatan diri sangat penting untuk mendukung orang yang dicintai secara efektif.

'Perawatan diri' mengacu pada secara aktif mengidentifikasi kebutuhan kita sendiri dan mengambil langkah-langkah untuk memenuhinya. Di pesawat terbang, kita tahu bahwa jika masker oksigen jatuh, kita harus memakai masker kita sendiri sebelum membantu orang lain; aturan yang sama berlaku untuk mengasuh orang yang kita cintai. Hanya ketika kita mampu merawat diri kita sendiri, kita dapat berhasil merawat orang lain.

Baca juga: 4 Tips Cerdas Berinvestasi untuk Generasi Sandwich

Kita mungkin sering kali mengutamakan kebutuhan orang lain. Dengan "menyulap" permintaan anak, orang tua, dan pasangan yang seakan-akan "bersaing", lalu mengabaikan kesehatan dan kesejahteraan kita sendiri.

Menjadi Berdaya

Lantas, bagaimana menjadi generasi sandwich yang berdaya? Setidaknya ada beberapa langkah yang dapat kita terapkan untuk memastikan semuanya berjalan lancar. 

Pertama, menetapkan batasan waktu kita. Mungkin kita merasa harus selalu berada di tiga tempat sekaligus, tetapi menetapkan batasan waktu akan membantu kita memperjelas apa yang bisa dan tidak bisa kita lakukan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com