ADIK perempuan saya, yang umurnya satu dekade lebih muda, sebentar lagi akan masuk asrama. Pakaian pergi kesukaannya sudah disiapkan. Suatu pagi, dia harus keluar untuk membeli perlengkapan sekolah dan alat tulis. Tiba-tiba, dia menghampiri saya yang sedang menyiram sayuran di halaman.
"Pinjam baju dong," katanya.
Saya merasa terkejut dan diliputi perasaan ganjil saat mendengar kalimat tersebut. Semacam kelupaan sesuatu padahal tidak. Di sisi lain saya juga merasa angler. Sulit dijelaskan. Bukan hanya karena itu pertama kalinya dia meminjam baju, tapi juga karena hal lain yang saya tidak yakin.
Seperti, misalnya, perasaan asing ketika menyadari bahwa saya sudah berhenti tumbuh, sementara adik perempuan saya sedang getol meninggi.
Baca juga: Rahasia Hidup Bahagia Menurut Pakar, Apa Saja?
Setelah memilihkan kemeja katun berwarna abu pudar, saya sengaja menunggu beberapa saat untuk melihat dia selesai berpakaian. Masih sedikit longgar, memang.
Menurut prinsip Ibu saya dulu, ukuran segitulah yang paling ideal. Kalau longgar, katanya, justru bagus. Supaya awet dan tidak perlu beli-beli terus. Maka, komentar yang saya berikan singkat saja.
"Bagus, sudah pas itu,"
Saya kemudian kembali ke halaman. Saya lantas melanjutkan menyirami sayuran sambil melamun.
Baju yang saya pinjamkan itu masih pas di badan saya. Rasanya aneh, melihat bocah yang saya timang-timang sewaktu bayi kini sudah berhasil menyamai pertumbuhan saya.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.