Menurut dia, orang dengan wajah dengan noda atau bekas luka serta memiliki kondisi kulit tertentu bisa sangat sehat, begifu pula dengan warna kulit kecokelatan.
Dengan kata lain, kulit glowing tidak akan menentukan seberapa sehat kulit kita.
Bahaya kulit glowing bukan hanya terletak pada sisi tidak realistisnya, namun juga bahan produk skincare untuk mencapainya.
Pasalnya, kandungan skincare yang berguna untuk mencerahkan kulit seperti vitamin C, retinol, dan asam eksfoliator berpotensi mengiritasi kulit jika digunakan secara berlebihan.
Apalagi belakangan ini, ada tren skincare 10 langkah ala Korea yang menggabungkan berbagai jenis asam dan retinoid.
Hasilnya, kulit bisa memerah, kering, terkelupas, iritasi, hingga membuat skin barrier rusak.
Untuk itu, Kluk menyarankan agar kita memakai produk skincare sesuai kebutuhan.
Misalnya, mencari produk dengan asam salisilat untuk kulit berjerawat dan komedo, atau asam glikolat untuk hiperpigmentasi.
"Setelah mencapai tujuan itu, lihat prioritas yang lain dan lihat apakah ada hal lain yang dapat kita tambahkan untuk membantu."
"Jika mencoba semuanya sekaligus, kemungkinan besar kita akan menggunakan berbagai kandungan skincare secara berlebihan,” ujarnya.
Gillies mengatakan bahwa jerawat, rosacea, dan psoriasis dialami jutaan orang di seluruh dunia.
Karena itulah, media yang terlalu fokus untuk mencapai kulit mulus sempurna bisa berbahaya dan dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang.
Untuk itu, Kluk menyebut, sebaiknya semua kondisi kulit diperlakukan secara adil, terutama di media sosial, sehingga dapat menghilangkan tekanan dan kekecewaan seseorang tentang kulitnya.
Kluk menyarankan agar kita selalu mencoba untuk tidak membandingkan penampilan diri sendiri dengan orang lain, terutama secara daring.
Sebab hal tersebut bisa menampilkan foto yang telah diedit, karena hal itu bisa berdampak negatif pada citra diri.
Namun, ia menyarankan agar kita mencari bantuan ke tenaga profesional jika memiliki kondisi kulit yang membuat kita merasa sedih, terutama jika terasa gatal, tidak nyaman, nyeri, atau membuat diri merasa minder.
"Mendapatkan saran dan dukungan yang tepat berpotensi meringankan banyak penderitaan yang kita rasakan," kata dia.
Namun jika memiliki masalah kulit yang tidak berdampak negatif pada kesejahteraan fisik atau emosional dan memilih untuk tidak mencari pengobatan, tentu tidak apa-apa.
“Bukan berarti orang yang meminta bantuan itu lemah,” kata Kluk.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.