Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/03/2023, 07:41 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fluoride atau fluorida, kandungan yang ada dalam pasta gigi dipercaya mampu melindungi gigi dari kerusakan.

Terlepas dari manfaatnya, timbul pertanyaan besar apakah senyawa ini menimbulkan efek samping bagi kesehatan atau tidak.

Dokter gigi Nathan Janowicz, DMD, menjelaskan secara rinci cerita di balik fluorida.

Teori konspirasi mengenai fluorida

Bila mencari informasi tentang fluorida di internet, kita akan menemukan banyak teori konspirasi yang menyatakan fluorida berbahaya dan masuk ke pasokan air minum.

Namun sebenarnya, teori ini tidaklah beralasan. Dalam jumlah yang tepat, fluorida baik dan aman untuk dikonsumsi.

Beberapa orang memilih untuk tidak menggunakan fluorida saat merawat gigi secara rutin karena khawatir senyawa tersebut akan berdampak buruk pada tubuh.

Faktanya, menurut American Dental Association, keracunan fluorida hanya terjadi jika individu minum lima liter air untuk setiap kilogram berat badan.

Sederhananya, seseorang dengan berat badan 70 kilogram baru mengalami keracunan fluorida jika meminum sekitar 120 galon air dalam satu waktu.

"Kita harus minum begitu banyak air, kita akan meninggal akibat minum terlalu banyak air sebelum meninggal akibat mengonsumsi fluorida berlebihan," kata Janowicz.

Sejarah fluorida

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), air minum yang diberi fluor pertama kali dicoba pada tahun 1901 di Colorado, AS.

Dikisahkan, seorang dokter gigi melihat noda cokelat yang tidak biasa, atau bercak pada email di gigi beberapa pasiennya.

Meski terdapat noda, gigi tersebut tidak terlalu rentan terhadap lubang dan kerusakan.

Setelah penelitian pada 1942, ditemukan noda cokelat tersebut disebabkan oleh fluorosis atau paparan berlebihan terhadap fluorida selama masa perkembangan sebagai anak-anak.

Namun, karena fluorida memberikan efek ketahanan terhadap gigi berlubang, para dokter gigi menganggap fluorida dapat menjadi bahan bermanfaat untuk pasokan air selama dalam kadar yang rendah sehingga tidak menyebabkan fluorosis.

Pada 1945, uji coba untuk menyesuaikan kadar fluorida aman dimasukkan dalam air minum diterapkan di delapan kota di AS dan Kanada, termasuk Michigan, New York, Illinois dan Ontario.

Awalnya, ada keraguan karena masih banyak yang tidak diketahui tentang fluorida.

Namun, selama 13-15 tahun kemudian, kasus gigi berlubang pada anak-anak di wilayah tersebut berkurang sebanyak 50-70 persen.

Ini membuktikan, fluorida berhasil memperlambat atau menghentikan pembusukan gigi.

Manfaat fluorida

Mulut merupakan tempat berkembang biak bakteri, asam, dan saliva yang selalu mengalami proses pembusukan dan perbaikan secara alami.

Beberapa bakteri di dalam mulut menghasilkan asam saat memproses sisa makanan dan minuman yang dikonsumsi sepanjang hari.

Asam tersebut lalu menumpuk di dalam mulut dan menghilangkan mineral penting dari email, lapisan luar yang melindungi gigi.

Agar mineral yang hilang dapat digantikan, tubuh mengambil kalsium dan fosfat dari saliva untuk dikirimkan kembali ke dalam email gigi dan menjaga gigi tetap terlindungi.

Fluorida membantu dalam proses ini dengan dua jenis berbeda:

  • Fluorida topikal: ditemukan dalam pasta gigi, obat kumur, dan gel, fluorida topikal melapisi email gigi.
  • Fluorida sistemik: ditemukan dalam air dan makanan seperti kismis, kerang, dan anggur, fluorida sistemik masuk ke dalam tubuh melalui air minum dan makanan yang dikonsumsi.

Kedua jenis fluorida memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Mencegah kerusakan gigi

Fluorida topikal diserap oleh email gigi dan lebih kuat daripada mineral awal yang hilang akibat penumpukan asam dan bakteri.

"Setelah kunjungan pembersihan gigi, kami meletakkan pernis fluorida pada gigi. Itu tidak tertelan dan hanya menempel pada permukaan gigi untuk mencegah karies gigi," tutur Janowicz.

Sementara itu, fluorida sistemik terdapat pada air minum dan makanan. Fluorida ini ada di dalam saliva yang terus-menerus membasahi gigi.

Fluorida sistemik bertindak sebagai lapisan yang serupa dengan fluorida topikal dan terintegrasi ke dalam struktur gigi saat gigi berkembang dari usia 6 bulan hingga 16 tahun.

"Fluorida yang tertelan bermanfaat bagi remaja dan anak-anak saat gigi dewasa mereka berkembang karena di situlah fluorida benar-benar terintegrasi ke dalam gigi yang berkembang," tambah Janowicz.

2. Mencegah gigi berlubang

Jika kita tidak rajin menyikat atau membersihkan gigi, maka bakteri, asam, dan air liur akan membentuk plak pada gigi.

Plak tersebut akan mengeras dan menjadi karang gigi yang sulit dibersihkan. Akibatnya, gigi mengalami kerusakan permanen berupa lubang, retakan, atau lesi seiring waktu.

Untuk mencegah gigi berlubang, sangat penting untuk menyikat gigi dua kali sehari.

Jika menggunakan pasta gigi atau obat kumur yang mengandung fluorida, gigi tidak hanya terbebas dari bakteri penyebab gigi berlubang, tetapi juga menjadi lebih kuat.

"Namun, jika kita berhenti menggunakan fluorida topikal, maka efektivitas fluorida akan berkurang," catat Janowicz.

"Jika gigi sudah berlubang dan memerlukan perawatan, maka penggunaan fluorida atau senyawa lainnya tidak akan bisa memperbaiki kerusakan tersebut."

3. Meningkatkan ketahanan terhadap asam

Penyebab utama gigi berlubang adalah asam yang terdapat di dalam plak.

Namun, jika gigi memiliki fondasi yang kuat karena fluorida sistemik dan fluorida topikal pada lapisan luar, gigi kita memiliki perlindungan ganda untuk menghentikan asam sebelum menyebabkan gigi berlubang atau gigi sensitif.

"Ketika fluorida diserap ke dalam gigi, ini dapat membuat gigi lebih tahan terhadap erosi asam serta karies," jelas Janowicz.

Tips merawat gigi dengan fluorida

Minum air yang mengandung fluorida sangat baik untuk kesehatan gigi, terutama bagi anak yang masih dalam masa pertumbuhan gigi (3-16 tahun).

Janowicz merekomendasikan perawatan fluorida setiap enam bulan sekali saat melakukan pembersihan gigi, terutama bagi anak dan orang dewasa yang memiliki masalah karies atau gigi sensitif.

"Bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu seperti sindrom Sjogren atau menjalani radiasi yang menyebabkan mulut kering dan gigi lebih rentan terhadap karies, dokter gigi dapat membuat semacam cetakan untuk diisi gel fluorida," ujarnya.

"Cetakan itu digunakan pada malam hari untuk membantu memperkuat gigi dan melindungi gigi dari karies."

Secara umum, ia menyarankan setiap individu --termasuk anak berusia 6 tahun ke atas-- untuk menggunakan pasta gigi fluorida dua kali sehari, dan obat kumur berfluorida sekali sehari demi menjaga kesehatan gigi.

"Terdapat banyak alternatif DIY untuk fluorida beredar di internet, namun belum ada yang terbukti secara klinis dapat menguatkan gigi atau menjadi alternatif yang efektif," imbuh Janowicz.

Baca juga: Jangan Bingung Memilih Pasta Gigi, Ini Panduannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com