Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Mengenal Autoimun Kulit dan Produk Perawatan Kulit yang Aman bagi Pengidapnya

Kompas.com - 07/03/2023, 13:00 WIB
Dwi NH,
A P Sari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh tidak bisa membedakan antara sel-sel baik dan sel-sel jahat, seperti bakteri dan virus.

Akibatnya, protein autoantibodi yang dilepaskan sistem kekebalan tubuh dapat menyerang sel-sel baik.

Melansir laman Everyday Health, kelainan autoimun dapat memengaruhi berbagai organ tubuh. Salah satu organ yang sering terkena gangguan autoimun adalah kulit.

Terdapat banyak jenis kelainan autoimun kulit dengan kasus yang banyak terjadi, antara lain psoriasis, dermatomiositis, skleroderma, epidermolisis bulosa, dan pemfigoid.

Kelainan autoimun kulit membuat protein antibodi menyerang sel kulit, biasanya pada lapisan epidermis dan dermis.

Gejala autoimun kulit dapat berupa kulit gatal, kulit bersisik, kulit kering dan pecah-pecah, radang kulit, ruam kecil, luka terbuka, dan luka lepuh.

Baca juga: Penyebab Ruam di Kulit Bayi Menurut Dokter dan Cara Mengatasinya

Pada kasus psoriasis, misalnya, menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi terlalu aktif dan mempercepat pertumbuhan sel kulit.

Sementara itu, pada kasus skleroderma ditandai dengan penebalan dan pengerasan kulit, serta dapat menyerang otot, tulang, dan organ dalam pada kasus yang sistemik.

Kemudian, dermatomiositis adalah kelainan autoimun kulit yang mengakibatkan otot menjadi lemah, kaku, dan nyeri.

Lalu, dalam kasus epidermolisis bulosa ditandai dengan kulit melepuh berisi cairan yang dapat dipicu dari kebiasaan menggaruk kulit dan peningkatan suhu ruangan.

Sementara itu, pemfigus adalah kelainan autoimun kulit kronis yang menyebabkan kulit melepuh, disertai rasa gatal dan nyeri di lengan, kaki, dan dada. Bahkan, pada sekitar sepertiga kasus autoimun ini, kulit melepuh juga muncul di mulut.

Baca juga: Penyakit Autoimun

Seperti penyakit autoimun lainnya, autoimun kulit tak dapat disembuhkan dengan pengobatan.

Penanganan yang dilakukan lebih berfokus untuk mengendalikan respons sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif agar tidak menyerang sel-sel baik dalam tubuh.

Terdapat beberapa obat yang dapat mengendalikan gejala autoimun, di antaranya imunosupresan atau obat penekan kekebalan tubuh, obat antiradang nonsteroid, obat pereda nyeri, dan obat tidur.

Agar tidak memperparah gejala dan luka yang timbul, penderita autoimun kulit sebaiknya menghindari kebiasaan menggaruk area kulit, terutama bagian yang luka, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, dan menerapkan manajemen stres yang baik.

Baca juga: 5 Remaja Makassar Tersangka Kasus Miras Oplosan Alkohol 96 Persen, Ini Peran Masing-masing

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com