Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Pemicu Anak Dewasa Perlakukan Orangtua-nya seperti "Sampah"

Kompas.com - 08/03/2023, 10:23 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

KOMPAS.com - Orangtua yang memiliki problem dan ketegangan dengan anak-anak mereka yang sudah dewasa kerap merasa sedih, cemas, frustasi, dan hampa di dalam dirinya.

"Ketika saya melatih para orangtua yang sedang berjuang dengan anak-anak yang sudah kian dewasa dan reaktif dan menjadi menyakitkan, sebuah pertanyaan sering muncul: Mengapa mereka memperlakukan orangtua-nya seperti sampah?"

Demikian kata Jeffrey Bernstein, Ph.D., yang adalah pelatih dan psikolog orangtua, dengan pengalaman lebih dari 30 tahun dalam memberikan konseling dan pembinaan anak, remaja, pasangan, dan keluarga.

Menurut Bernstein, ada sejumlah alasan yang menyebabkan sikap negatif dan hubungan yang tegang antara anak-anak yang sudah dewasa.

Baca juga: 6 Pertanyaan Anak Saat Orangtua Bercerai

"Sebelum kita melihat tiga di antaranya, mari kita ingat bahwa tidak ada orangtua yang sempurna."

"Mungkin yang paling membuat frustasi banyak orangtua adalah bahwa di balik intensitas cara mereka berkomunikasi-mungkin membuat komentar yang mengganggu dan tak menunjukkan keterampilan mendengarkan," kata Bernstein.

Berita yang menggembirakan adalah bahwa berapa pun usia anak kita yang sudah dewasa, memiliki pola pikir yang "bersedia berkembang" menjadi cara terbaik untuk membangun hubungan.

Sekarang mari kita lihat tiga alasan utama mengapa anak yang sudah dewasa memperlakukan orangtua dengan buruk.

1. Ketegangan emosional yang belum rampung

Ketegangan emosi antara orangtua dan anak yang sudah dewasa dapat terjadi karena berbagai alasan.

Misalnya karena perbedaan nilai, konflik atas kejadian di masa lalu, atau kesulitan untuk melepaskan peran dan dinamika lama.

Emosi yang tegang ini dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan masalah hubungan bagi kedua belah pihak.

Beberapa masalah yang lebih kuat lagi dapat menyebabkan emosi yang tegang antara orangtua dan anak-anak yang sudah dewasa.

Ketika anak-anak tumbuh dewasa dan mengembangkan identitas mereka sendiri, mereka mungkin mengembangkan nilai-nilai atau keyakinan yang bertentangan dengan orangtua mereka. Kondisi inilah yang lantas mengarah pada perselisihan dan ketegangan.

Konflik atau trauma lama yang tidak pernah terselesaikan dengan baik dapat muncul kembali di kemudian hari dan menyebabkan ketegangan antara orangtua dan anak.

Baca juga: Cegah Bibit Princess Syndrome pada Anak Perempuan, Orangtua Perlu Tahu

Sumber besar lain dari ketegangan emosional yang belum terselesaikan antara orangtua dan anak adalah pola komunikasi yang buruk.

Pola komunikasi yang tak baik dapat menyebabkan kesalahpahaman dan pertengkaran yang menyakitkan.

Apa yang dapat dilakukan sebagai orangtua?

Demi mengatasi emosi yang tegang dengan anakyang sudah dewasa, utamakan komunikasi yang positif, empati, dan pengertian.

Berusahalah untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur, dengarkan secara aktif kekhawatiran anak, dan berusahalah untuk memahami perspektif mereka.

"Seperti yang saya jelaskan dalam buku saya, 10 Days to a Less Defiant Child, anak-anak yang sudah dewasa membutuhkan orangtua mereka untuk bersikap tenang, tegas, dan tidak mengontrol," ungkap Bernstein.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com