KOMPAS.com - Kebaya boleh jadi merupakan pakaian tradisional yang telah eksis sejak lama. Namun, bukan berarti pesonanya hilang ditelan zaman.
Bahkan menurut Ketua Umum Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Rahmi Hidayati, keberadaan kebaya saat ini sedang semakin besar gaungnya.
Menurutnya, hal itu antara lain disebabkan oleh upaya pendaftaran kebaya ke Unesco sebagai warisan budaya tak benda asal Indonesia. Selain itu, semakin banyak organisasi perempuan yang mendukung gerakan berkebaya.
Pendapat tersebut diutarakan Rahmi ketika PBI menggelar rangkaian acara untuk memperingati Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada 8 Maret dan Hari Masyarakat Adat yang diperingati pada 13 Maret.
Acara yang berlangsung pada 8-12 Maret 2023 tersebut berupa pameran lukisan, diskusi, bazar, peragaan busana dan lain-lain.
“Kebaya adalah soal perempuan dan adat istiadat yang ada di nusantara. Maka kami peringati dengan menggelar diskusi, pameran foto, bazar, peragaan busana dan lain-lain dengan tema kebaya,” kata Rahmi dalam siaran pers yang diterima Kompas.com pada Kamis (9/3/2023).
Baca juga: Kebaya Goes to UNESCO, Kebaya Goes to Street Style
Lebih lanjut, Rahmi mengatakan bahwa pengenalan kebaya ke generasi muda menjadi sangat penting.
Pasalnya, anak muda itu yang akan mewarisi budaya berkebaya yang berawal dari masyarakat adat di nusantara.
Oleh karena itu, di hari pertama acara, PBI menggelar diskusi khusus dengan pembicara dan peserta, yang merupakan para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi.
Adapun tema yang diangkat adalah soal pandangan para mahasiswa tentang kebaya dan apa yang membuat mereka bersedia menggunakannya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.