KOMPAS.com - The Glory Season 2 akhirnya mulai tayang hari ini di Netflix setelah cukup lama dinantikan.
Kita akan kembali menyaksikan perjalanan balas dendam Moon Dong Eun, diperankan Song Hye Kyo, pada orang-orang yang melakukan bullying padanya di masa lalu.
Rilis perdana pada 30 Desember lalu, serial ini memang menampilkan kelamnya pengalaman menjadi korban bullying.
Baca juga: Pelaku Bullying di Bawah Umur Berpotensi Lakukan Kekerasan Saat Dewasa
Berkat para bintangnya, kita jadi ikut bersimpati dan geram dengan tindakan pelaku yang kejam.
Beberapa elemen dari serial ini, terutama terkait bullying yang terjadi, diklaim berdasarkan peristiwa nyata yang terjadi di Korea Selatan.
Paul Youngbin Kim, Ph.D., profesor psikologi di Seattle Pacific University, AS, mengatakan menyaksikan The Glory seharusnya bisa menjadi pelajaran untuk lebih memahami dampak buruk bullying, secara fisik maupun mental.
"Jadi, meningkatkan kesadaran, memulai percakapan yang bermakna, dan mengambil tindakan yang tepat dapat dianggap sebagai hal baik," katanya, dikutip dari Psychology Today.
Baca juga: Rekomendasi Drama Balas Dendam yang Cocok untuk Penggemar The Glory
Berikut adalah beberapa pelajaran soal bullying dari The Glory, menurut uraiannya.
Hal ini meninggalkan bekas luka yang amat mengerikan, beberapa kali ditampilkan di adegan.
Namun luka emosional yang bertahan di batinnya jauh lebih menyakitkan dan tidak memudar.
Baca juga: 5 Dampak Serius pada Korban Bullying, Perilaku Bisa Agresif
Riset tahun 2015 memang membuktikan anak-anak korban bullying mengalami tekanan emosional yang dapat berlanjut hingga dewasa.
Beberapa adegan paling menyebalkan di The Glory Season 1 menampilkan guru yang gagal melakukan intervensi.
Ada karakter guru yang sengaja menutup mata terhadap perilaku bullying muridnya meskipun terang-terangan mengetahuinya.
Baca juga: 3 Hal yang Ditunggu-tunggu dari The Glory 2
Bukannya menolong, ia malah menyudutkan korban yang membuat penderitaannya semakin buruk.
"Literatur sebelumnya telah menunjukkan bahwa guru tidak bebas dari perilaku bullying seperti pelecehan verbal terhadap siswa," jelas Youngbin.
Plot cerita The Glory secara jelas menampilkan jika perbedaan status, dalam hal ini sosial dan ekonomi, menjadi faktor utama penyebab bullying.
Pelaku merasa bebas melakukan perundungan terhadap korban karena lebih berkuasa dan statusnya lebih tinggi.
"Penggambaran ini konsisten dengan teori dan bukti saat ini terkait mengapa beberapa anak mungkin terlibat dalam perilaku intimidasi," tambah Youngbin.
Baca juga: 7 Alasan Remaja Melakukan Bullying, Orangtua Harus Paham
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.