Padahal, memiliki teman dan kerabat yang memberi kita semangat adalah kunci dari hidup yang lebih bahagia.
Untuk membangun jaringan dukungan yang sehat, para peneliti menyarankan untuk menuliskan siapa saja yang mendukung kita dan siapa saja yang kita dukung dalam berbagai kategori.
Dukungan dapat berupa "Keselamatan dan Keamanan", "Pembelajaran dan Pertumbuhan", "Kedekatan Emosional dan Curhat", "Pengalaman Bersama", Keintiman Romantis", serta "Kesenangan dan Relaksasi".
Para peneliti mengatakan, kebahagiaan bukanlah sebuah tujuan, melainkan sebuah proses.
Kebahagiaan dapat diperoleh dengan melewati masa-masa sulit bersama orang lain.
Ada pun studi ini dipenuhi dengan orang-orang yang mengalami kesulitan dalam hidup mereka namun tetap bahagia karena hubungan yang kuat.
"Kehidupan yang baik itu menyenangkan dan menantang. Penuh dengan cinta tetapi juga rasa sakit," tulis para peneliti.
Dan itu tidak pernah benar-benar terjadi. Sebaliknya, kehidupan yang baik terungkap seiring berjalannya waktu. Ini adalah sebuah proses.
"Ini mencakup gejolak, ketenangan, keringanan, beban, perjuangan, pencapaian, kemunduran, lompatan ke depan, dan kejatuhan yang mengerikan. Dan tentu saja, kehidupan yang baik selalu berakhir dengan kematian.
Baca juga: Rahasia Hidup Bahagia Menurut Pakar, Apa Saja?
Untuk membantu membangun hubungan kita dengan orang lain, peneliti menyarankan untuk melakukan pendekatan "WISER" terhadap masalah.
Ini mencakup memerhatikan (watch), menafsirkan (interpret) memilih respons (select a response), melibatkan (engange), dan merefleksikan (reflect).
"Jika kita ingin belajar dari pengalaman dan melakukan yang lebih baik di lain waktu, kita harus melakukan lebih dari sekadar menjalaninya. Kita harus melakukan refleksi."
"Lain kali, kita mungkin bisa mengambil sepersekian detik ekstra untuk mempertimbangkan situasi, mengklarifikasi tujuan kita, mempertimbangkan pilihan untuk meresponsnya, dan menggerakkan jarum kehidupan kita ke arah yang benar," terang mereka.
Sepertinya sudah menjadi hal yang umum bagi orang untuk merasa terjebak dalam kehidupan mereka yang tidak bahagia atau merasa tidak mungkin untuk membuat perbedaan dalam hidup mereka.
Baca juga: Yuk, Belajar Hidup Bahagia dari Seekor Anjing
Misalnya, dalam studi tentang kebahagiaan tersebut, ada seorang pembuat jam yang terjebak dalam pernikahan yang tidak bahagia sepanjang hidupnya.