KOMPAS.com - Fear of Missing Out (FOMO) adalah kondisi mental ketika seseorang ketakutan ketinggalan hal terkini baik itu sosialisasi, pengetahuan yang berguna, peristiwa yang tak terlupakan, atau pengalaman baru.
FOMO menjadi fenomena yang melanda anak muda sejak maraknya era digital yang membuat tren dan isu terbaru datang silih berganti.
Baca juga: Duka Orang Indonesia untuk Ratu Elizabeth, Cuma Sekedar FOMO?
Beberapa orang memaksa diri untuk terus mengikuti tren baru itu agar tak dianggap ketinggalan zaman.
FOMO adalah sindrom atau perasaan ketakutan yang membuat kita mengalami kekhawatiran obsesif akan ketinggalan hal terbaru.
Bisa berupa informasi, peristiwa, kesempatan untuk interaksi sosial, pengalaman yang tak terlupakan, atau keputusan yang diyakini akan membuat hidup kita lebih baik.
Kecenderung FOMO juga bisa memicu perilaku kompulsif karena kita berusaha melawan kondisi tersebut.
Baca juga: FOMO (Fear of Missing Out): Pengertian, Faktor Pendorong, dan Dampaknya
Gejala utama FOMO ditandai dengan keinginan untuk mengetahui dan terus terhubung dengan apa yang dialami atau dilakukan orang lain.
Hal sepele apa pun bisa membuat kita merasa tertinggal dari orang lain termasuk gosip selebritas, peristiwa viral atau pengalaman lainnya.
Kondisi FOMO biasanya juga membuat kita kecanduan media sosial secara patologis dan adanya rasa takut akan penyesalan yang terus-menerus.
FOMO bukan masalah kesehatan mental yang telah diakui secara resmi di dunia media.
Namun perilaku ini bisa berdampak buruk pada kehidupan kita dalam berbagai aspek.
Keinginan untuk tidak merasa ketinggalan ini bisa membuat kita kelelahan secara emosional, kerugian finansial hingga kehilangan fokus.
Apa saja?
Baca juga: Kenali Dampak FOMO dan Cara Mengatasinya
Sejauh ini, belum ada penyebab pasti yang membuat seseorang mengalami FOMO.
Meski demikian, penelitian membuktikan ada lima faktor yang bisa memicu perasaan takut ketinggalan hal terkini itu.
Berikut uraiannya:
Amigdala, bagian dari sistem limbik kita dianggap penting dalam memproses emosi dan memainkan peran penting dalam perkembangan FOMO.
Amigdala adalah salah satu segmen utama otak yang bertanggung jawab atas rasa takut dan kecemasan yang terkait saat orang mengalami sesuatu yang tidak dapat kita dapatkan.
Di satu sisi, rasa takut ketinggalan adalah berlebihan dari naluri bertahan hidup kita.
Baca juga: JOMO Cara Menghindari FOMO, Simak Penjelasan Ahli
Orang yang merasa hidup di bawah standar atau harapan mereka lebih rentan mengalami FOMO.
Ketidakbahagiaan dan ketidakpuasan ini menjadi jelas ketika menemukan kehidupan orang lain yang dianggap "sempurna" dan selanjutnya mengembangkan emosi seperti iri hati, kebencian, dll.
Terjadi pula perilaku kompulsif (dalam hal ini, penggunaan media sosial) untuk mencoba melawan pemikiran tersebut.
Gejala-gejala ini khas dari gangguan obsesif-kompulsif, menunjukkan kemungkinan hubungan antara keduanya.
Baca juga: 6 Tanda Seseorang Memiliki Gangguan Obsesif Kompulsif
Penelitian menunjukkan orang dengan rasa takut yang kuat akan kehilangan mungkin telah mengalami trauma terkait di masa lalu yang akhirnya memicu perilaku kompulsif tersebut.
Persaingan sosial soal ketenaran, status kekayaan dan kebutuhan untuk tampil sempurna di media sosial juga bisa menyebabkan FOMO.
Hal ini tak hanya membuat kita terjebak perilaku pamer namun juga takut kehilangan "follower".
Baca juga: Alasan Insecure Memicu Rasa Cemburu, Iri, dan Malu
Media sosial terbukti menjadi platform yang lebih nyaman bagi orang-orang yang menderita kecemasan terkait interaksi fisik atau tatap muka.
Baca juga: Hidup Tenang Terbebas dari Sindrom FOMO
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.