Oleh: Rangga Septio Wardana dan Ikko Anata
KOMPAS.COM - Melamun merupakan kondisi saat seseorang terjebak dalam imajinasinya. Sebenarnya hal tersebut adalah normal dan hampir dialami setiap orang.
Namun, jika dilakukan secara berlebihan ternyata memiliki dampak yang buruk. Terlalu sering melamun bisa menyebabkan munculnya gangguan maladaptive daydreaming.
Gangguan ini adalah kondisi yang menyerang seseorang jika melamun secara intensif hingga kehidupan nyata teralihkan. Hal ini pun dibahas dalam siniar Anyaman Jiwa bertajuk “Melamun Berlebihan? Waspada Maladaptive Daydreaming” dengan tautan akses dik.si/AnyJiwMelamun.
Maladaptive daydreaming adalah kebiasaan saat seseorang lebih banyak menghabiskan waktu untuk melamun dan tenggelam dalam imajinasinya.
Beberapa faktor dapat menjadi pemicu gangguan ini, seperti kesepian, bosan, pengalaman traumatis, hingga riwayat keluarga dengan gangguan mental.
Konsep tersebut pertama kali diperkenalkan oleh Eliezer Somer, seorang profesor psikologi klinis di University of Haifa. Menurut Somer, pengalaman menyakitkan atau trauma bisa memicu gangguan maladaptive daydreaming.
Baca juga: Bagaimana Jika Kebaikan Kita Tak Dihargai?
Selain itu, banyak orang yang mengalami gangguan ini akan mudah berada pada kondisi melamun sehingga menyebabkan aktivitasnya terganggu dan tak produktif.
Aktivitas melamun cenderung akan membuang waktu untuk menghayal dan berfantasi. Sementara, fantasi tersebut hanya bersifat sementara dan justru tak diwujudkan dalam kehidupan nyata.
Maladaptive daydreaming juga bisa menyebabkan gangguan kesehatan lainnya, seperti ADHD, OCD, hingga depresi.
Gejala yang dialami oleh orang yang mengalami gangguan ini adalah sulit berinteraksi dengan lingkungan sekitar, insomnia, hingga sulit fokus untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Seseorang yang mengalami maladaptive daydreaming memiliki tanda khusus yang membedakan dengan tingkah melamun biasa.
Maladaptive daydreaming ditandai dengan aktivitas melamun secara intens atau terus-menerus. Tak hanya itu, imajinasi dalam pikiran pun biasanya akan sangat jelas dan detail. Hal itu berarti ada sebuah alur yang lengkap dengan tokoh, latar, dan plot cerita.
Umumnya, orang yang mengalami maladaptive daydreaming dipicu oleh kejadian yang terjadi di kehidupan nyata. Misal, dari topik pembicaraan, rangsangan sensorik, atau pengalaman fisik.
Baca juga: Altruisme, Sebuah Tindakan Peningkat Kebahagiaan
Hal tersebut bisa menjadi pemicu imajinasi yang berlebih dan tenggelam dalam fantasi.