Pendukung intermittent fasting lainnya mengatakan bahwa kita dapat menikmati kaldu tulang, kopi, atau pilihan rendah karbohidrat lainnya yang dapat membantu kita menghindari lonjakan gula darah.
Baca juga: Mengenal Intermittent Fasting, Pola Diet untuk Turunkan Berat Badan
Hasil yang mengejutkan dari penelitian Arciero adalah bahwa orang yang mendapatkan hasil terbaik saat intermittent fasting juga tidak terlalu lapar.
Kombinasi protein, serat, dan waktu dalam penelitian ini sangat unik sehingga penelitian lebih lanjut dapat membantu kita lebih memahami bagaimana hal tersebut dapat mendukung manfaat puasa.
"Banyak orang berpikir bahwa satu-satunya cara untuk mengurangi sinyal rasa lapar di otak kita adalah dengan membanjirinya dengan energi dan tidak ada yang lebih jauh dari kebenaran ilmiah," terang Arciero.
Bersamaan dengan menyanggah gagasan bahwa kita harus menahan diri untuk berpuasa, Arciero juga mencatat manfaatnya jauh lebih dari sekadar membakar lemak, membantu memperpanjang usia, menurunkan risiko penyakit, dan kesejahteraan secara keseluruhan.
"Kami benar-benar fokus pada manfaat kesehatan dan kinerja. Efek sampingnya, seperti yang kami sebut, adalah penurunan berat badan," imbuh dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.