Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Pembeli Soal Penutupan Perdagangan Pakaian Impor

Kompas.com - 21/03/2023, 14:24 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Wisnubrata

Tim Redaksi

"Buat saya sih kepuasan tersendiri yah, saya mesti detail nyari dan bertanya, sampai kadang di online juga saya cari, itu sih puas," terangnya.

Soal harga, Agi mengaku tidak melulu pakaian bekas impor bisa dikatakan murah. Seperti dirinya yang lebih menitik beratkan rilisan tahun pada kaos tertentu.

"Kalau dibilang murah sih enggak juga, tapi ada lah yang miring. Kalau saya kan cari rilisan tahunnya, tahun tua itu kadang harganya lumayan juga," ungkap dia.

Agi mengaku banyak mencari kaos-kaos rilisan lama. Baik itu kaos film, band atau kaos brand ternama.

"Betul, saya sukanya kaos band sih karena di kaos band rilisan tahun sangat diperhitungkan," terangnya.

Terkadang, lanjut Agi membeli pakaian bekas impor juga mendapatkan penghasilan baginya.

Agi mengatakan tak sedikit, rekan atau kawannya yang sesama penyuka Thrifting bertukar informasi terkait pakaian band, lokasi atau harga.

"Ada banyak keuntungan, pengetahuan juga saya dapet, terus kalau misalnya ada temen yang tertarik dengan barang yang saya dapet kalau harganya cocok ya saya jual, saya dapet keuntungan juga," jelas Agi.

Ditanya terkait larangan penjualan pakaian impor, Agi menilai sah-sah saja pemerintah mengeluarkan aturan tersebut.

Hanya saja, ia justru heran mengapa aturan tersebut baru dikeluarkan baru-baru ini.

"Itu mah kalau menurut saya hak nya pemerintah, tapi kok aneh aja baru dikeluarin sekarang, kemarin-kemarin kemana aja ?" katanya.

Tak sampai disitu, Agi menilai perlu ada alternatif bagi para pedagang pakaian impor untuk melanjutkan kehidupannya.

"Harus dong solusi, biar fair gitu. Misalnya diganti dengan pakaian lokal maksudnya jualannya ganti dengan pakaian lokal atau merk lokal, nah pemerintah yang mendistribusikannya. Jangan tiba-tiba ditindak tapi enggak ada solusi konkret," ujar dia.

Soal pakaian bekas impor yang membawa penyakit. Agi berpendapat, setiap pedagang punya cara sendiri untuk bisa lebih higienis.

Ia meyakini, selama membeli pakaian bekas impor enggak pernah terserang penyakit.

"Kalau ada penyakit atau bawa penyakit, sejauh ini saya alhamdulilah aman. Pasti dicuci dulu dong sama pedagangnya, atau punya cara gimana gitu," tambahnya.

Baik Fatimah dan Agi mengaku, tidak keberatan jika harus beralih ke brand-brand lokal seperti yang diintruksikan pemerintah.

"Kalau saya sih enggak jadi soal, toh selama masih layak dan kualitas pakaian lokal bagus kenapa enggak, hanya itu tadi bagusnya pedagang pakaian bekas itu bisa dikasih solusi," ungkap Agi.

Baca juga: Tren Thrifting Shop, Trik Fashionable Sekaligus Peduli Lingkungan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com