Junk food dan makanan manis mungkin dapat memberikan kenyamanan setelah mengonsumsinya.
Tapi kedua makanan ini jelas tidak memiliki nilai gizi yang bermanfaat bagi tubuh.
Tingginya kasus obesitas sebagian besar disebabkan oleh konsumsi junk food berlebihan sehingga menimbulkan kekhawatiran akan kondisi kesehatan masyarakat dalam jangka panjang.
Berdasarkan tinjauan peneliti Harvard di tahun 2008 pada 16 studi yang diterbitkan PubMed menyimpulkan bahwa konsumsi makanan cepat saji dapat memperburuk epidemi obesitas khususnya di Amerika Serikat.
Para ahli mengingatkan bahwa terlalu sering mengonsumsi makanan tinggi lemak dan kalori dapat mengubah jalur saraf di otak.
Kondisi itu lantas bisa mengurangi kemampuan otak untuk mengatur asupan kalori dan menyebabkan makan berlebihan dan berkontribusi menambah berat badan.
Akibatnya jumlah kasus obesitas terus meroket dan semakin sulit dikendalikan.
Baca juga: Pemahaman dan Kesadaran yang Rendah Picu Kasus Obesitas Tinggi
Junk food merupakan makanan cepat saji yang tinggi kadar garam, lemak jenuh, dan minim nutrisi.
Jumlah konsumsi junk food yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan sejumlah penyakit yang meliputi tekanan darah tinggi, stroke, risiko penyakit jantung hingga penyumbatan pembuluh darah.
Selain itu, konsumsi makanan tinggi gula mengakibatkan tingginya risiko diabetes.
Diabetes ini merupakan penyakit sindrom metabolik yang punya kecenderungan mengarah ke komplikasi banyak penyakit kronis dan berbahaya.
Selain bisa mengakibatkan kecanduan dan memberi dampak merugikan bagi tubuh. Junk food dan makanan manis juga mengganggu kesehatan mental.
Ada banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa mengonsumsi makanan dengan nilai gizi rendah bisa membuat seseorang lekas marah, emosi yang meledak-ledak dan suasana hati yang tidak stabil.
Bahkan beberapa penelitian di negara-negara seperti Kanada, Spanyol, Jepang dan Australia menunjukkan orang yang makan sehat lebih terhindar dari gejala depresi dan kecemasan.
Baca juga: Bukan Junk Food, Ini Makanan untuk Perbaiki Mood