Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Psikolog: Quality Time Lebih Penting dari Jumlah Waktu bagi Anak

Kompas.com - 24/03/2023, 10:42 WIB
Anya Dellanita,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber CNBC

KOMPAS.com - Mayoritas orangtua yang bekerja mungkin akan kesulitan menyeimbangkan antara pekerjaan dan meluangkan banyak waktu untuk bersama anak dan mendidiknya menuju kesuksesan.

Tak jarang, hal ini pun makin menambah beban orangtua, dan membuat mereka khawatir tentang hubungan dan masa depan anaknya.

Namun menurut psikolog anak dan direktur dari perguruan tinggi wanita Barnard College Center for Toddler Development di Columbia University, Tovah Klein, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sebab, kualitas waktu yang kita habiskan dengan anak lebih penting dari kuantitasnya.

Klein, yang juga merupakan penulis dari buku "How Toodlers Thrive" ini mengatakan, quality time atau waktu berkualitas tersebut bahkan bisa menjadi kunci bagi perkembangan dan kesuksesan anak.

“Selalu kualitas akan hubungan dan kualitas interaksi yang menentukan,” ujar Klein, sebagaimana dikutip dari CNBC Make It.

Penelitian pun mendukung hal ini.

Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Marriage and Family pada 2015 menemukan, sebenarnya tidak ada hubungan antara banyaknya waktu yang dihabiskan orangtua bersama anak berusia tiga hingga 11 tahun dengan kesuksesan anak saat dewasa.

Untuk itu, Klein mengatakan agar orangtua berfokus untuk membangun hubungan bermakna dengan anak saat bersamanya guna membantu anak tumbuh menjadi orang dewasa yang percaya diri dan sukses.

Baca juga: 9 Sifat Anak Laki-laki yang Diturunkan dari Ibunya

Berikut tiga tips dari Klein untuk melakukannya.

Cari cara membuat quality time

Klein berpendapat, anak-anak umumnya tidak akan menghitung lamanya kita menghabiskan waktu bersama mereka.

Ia pun menambahkan, tidak ada waktu minimal untuk quality time ini. Orangtua bahkan bisa melakukannya meski memiliki jadwal kerja yang sibuk.

“Jika dalam satu minggu kita hanya memiliki setengah jam dengan anak, kita tidak perlu melakukan kegiatan besar, namun sederhana saja seperti memeluk anak hingga ia bangun tidur atau menyiapkan sarapan. Kita juga bisa mengingatkan anak bahwa kita menunggunya bercerita tentang hari-harinya saat makan malam nanti," ujarnya.

Tidak selalu harus melakukan kegiatan besar

Selain mencari cara membuat quality time, Klein mengatakan bahwa sebenarnya kita tidak perlu selalu mengajak anak jalan-jalan ke tempat yang jauh atau melakukan aktivitas spesial saat memiliki waktu.

“Anak hanya ingin bersama kita. Ia mungkin hanya ingin membaca buku sambil duduk di pangkuan kita, atau mungkin sekadar bermain Frisbee bersama.”

Ia menambahkan, merencanakan dan melakukan kegiatan besar bisa saja malah menambah beban, baik bagi kita dan anak, yang justru akan mengalihkan perhatian kita dari interaksi yang dibutuhkan untuk koneksi emosional yang kuat.

Apalagi, Klein berpendapat bahwa anak-anak sebenarnya hanya ingin didengar dan dihargai oleh orangtuanya seutuhnya.

Namun, bukan berarti kita tidak bisa merencanakan kegiatan besar sama sekali.

Kegiatan besar tetap bisa direncanakan, terutama jika itu akan membantu memperkuat ikatan antara orangtua dan anak di lingkungan baru dan mengeksplor minat anak. Kendati demikian, terkadang hal itu tidak sepenting menghabiskan quality time bersama dengan cara yang sederhana.

Baca juga: Family Time Bisa Beri Rasa Aman bagi Anak, Ini Kata Psikolog Klinis

Awasi perilaku anak

Jika anak tidak mendapatkan quality time yang cukup dengan kita, anak biasanya akan menunjukkannya lewat perubahan perilaku.

Pada anak kecil, biasanya itu akan ditunjukkan lewat lebih seringnya tantrum, termasuk melempar mainan atau memukul orangtua atau saudaranya sendiri. Namun di sisi lain, anak juga bisa menghindar jika ia merasa kita kurang memperhatikannya.

Tanda-tanda tersebut bisa terlihat meski orangtuanya ada di rumah, yang bisa menjadi indikator bahwa orangtua tidak selalu hadir di sisinya saat di rumah.

Smartphone pun bisa menyebabkan hal ini.

"Kita semua harus sadar bahwa melihat ponsel dan semua notifikasi darinya dapat mengganggu quality time kita dan anak," ujar Klein.

Jadi jika perilaku anak mulai berubah saat kita tengah sibuk, cobalah untuk mengosongkan jadwal selama satu hari atau di akhir minggu jika bisa. Lalu setidaknya, beritahu anak bahwa kita selalu ada untuknya dan memikirkannya, meski kita tidak bisa memberikan banyak waktu.

“Jika tidak bisa menemani anak sebelum tidur, kita bisa pulang dan memberi anak ciuman kecil saat mereka tidur. Lalu katakan di pagi harinya bahwa, 'Tadi malam Ibu/Ayah datang ke kamar, menciummu dan menyelimutimu.' Itulah yang membuat hubungan tetap terjalin," ujar Klein.

Baca juga: Tips Menjadi Sosok Orangtua yang Baik bagi Anak

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com