Amunisi aktif meriam sungguhan digunakan hingga tahun 1859, hingga akhirnya tergantikan dengan petasan atau kembang api karena lebih disukai.
Tradisi ini pertama kali menyebar ke Levant, kemudian ke Baghdad pada akhir abad ke-19, akhirnya mencapai negara-negara Arab di Teluk Persia dan Afrika Utara.
Selama Ramadhan, seorang masaharati ditugaskan berjalan-jalan saat dini hari untuk membangunkan umat Islam agar makan sahur sebelum matahari terbit.
Masaharati merupakan sebutan untuk seseorang yang membangunkan orang-orang Muslim untuk bangun dan makan sahur.
Mereka kerap memainkan alat musik seperti seruling atau menabuh gendang dan berkeliling membangunkan orang-orang di sekitarnya.
Konon, masaharati pertama adalah Utbah bin Ishaq, seorang gubernur Mesir dari abad ke-7. Dia sering berjalan-jalan di kawasan Kairo para malam hari sambil berseru “Hamba-hamba Allah, sahurlah, karena ada berkah dalam sahur.”
Seiring waktu, profesi tersebut menyebar ke negara lain, dengan nama, cara dan mungkin menggunakan melodi yang berbeda.
Di Maroko, pekerjaan ini disebut naffar yang menggunakan terompet untuk membangunkan orang. Sedangkan di Yaman, masaharati membangunkan orang rumah dengan cara mengetuk pintu ke pintu.
Di Levant, peran itu begitu populer sehingga setiap lingkungan memiliki masaharatinya sendiri yang berkeliaran di jalanan, menabuh genderang dan langsung berbicara kepada para penghuni rumah, “Bangun, tidur, tidak ada Tuhan selain Allah yang kekal.”
Suasana malam saat Ramadhan di sejumlah negara selalu diterangi oleh kehadiran lentera khusus berdesain bulan sabit dan bintang yang menjadi simbol Islam.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.