Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Ilmiah di Balik Perihnya Sakit Hati Ditinggal Kekasih

Kompas.com - 28/03/2023, 07:11 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Jatuh cinta menciptakan perasaan yang begitu intens sehingga bisa membuat kita seperti pusing dan mengalami euforia.

Sebaliknya, perasaan sakit hati yang muncul ketika hubungan berakhir juga dapat memicu luapan emosi negatif yang tak kadang juga terasa menyakitkan secara fisik.

Emosi negatif ini dipengaruhi peningkatan hormon stres kortisol, adrenalin dan noradrenalin, dan penurunan hormon bahagia serotonin dan oksitosin dalam tubuh.

Baca juga: 5 Cara Alami Meningkatkan Serotonin agar Merasa Lebih Bahagia

"Hormon patah hati" ini juga yang dapat menyebabkan gejala fisik yang membuat orang merasa sakit.

"Ada alasan fisiologis mengapa patah hati bisa menjadi pengalaman yang menyakitkan dan gejalanya tidak hanya di pikiran," kata Dr. Deborah Lee, pakar medis dari University of Southampton, Inggris.

Alasan ilmiah di balik perihnya sakit hati

"Saat Anda jatuh cinta, ada pencurahan hormon secara alami," kata Lee, dikutip dari Live Science.

Hormon tersebut termasuk oksitosin dan dopamin yang membuat kita merasa nyaman dengan emosi yang positif.

Akan tetapi, putus cinta membuat kadar oksitosin dan dopamin turun, sementara pada saat yang sama ada peningkatan kadar salah satu hormon yang bertanggung jawab atas stres yakni kortisol.

Baca juga: Pria Lebih Patah Hati Saat Putus Cinta daripada Wanita, Benarkah?

"Tingkat kortisol yang meningkat ini dapat berkontribusi pada kondisi seperti tekanan darah tinggi, penambahan berat badan, jerawat, dan peningkatan kecemasan," kata Lee.

Riset tahun 2011 di jurnal Biological Sciences juga menyatakan jika penolakan sosial, seperti putus dengan pasangan, juga mengaktifkan area otak yang berhubungan dengan rasa sakit fisik.

Hal ini dibuktikan dengan riset pada seseorang yang baru saja dicampakkan dan diberikan foto mantan kekasihnya.

Pemindaian magnetic resonance imaging (MRI) menemukan bahwa area otak yang biasanya berhubungan dengan cedera fisik, termasuk korteks somatosensori sekunder dan insula posterior dorsal, diaktifkan.

Baca juga: Alasan Kita Suka Lagu Patah Hati padahal Punya Hubungan yang Bahagia

"Efek neurobiologis dari patah hati dapat mencapai intensitas sedemikian rupa sehingga disamakan dengan rasa sakit fisik," kata Eric Ryden, seorang dokter psikologi klinis dan terapis di Inggris.

"Sebagaimana dibuktikan oleh gejala fisik yang dilaporkan sendiri, seperti nyeri dada dan serangan panik, dan deskripsi penderita tentang perasaan mereka, seperti merasa terpukul. -keluar atau hancur," tambah Lee.

Ryden juga menyatakan, patah hati tampaknya melibatkan beberapa mekanisme saraf yang sama dengan rasa sakit fisik.

"Sistem saraf simpatik dan parasimpatis, yang biasanya mengimbangi satu sama lain, keduanya dapat diaktifkan selama patah hati," jelasnya.

IlustrasiThinkstock/KatarzynaBialasiewicz Ilustrasi
Sistem saraf simpatik bertanggung jawab atas respons melawan atau lari tubuh, mempercepat detak jantung dan pernapasan, sedangkan sistem saraf parasimpatis bertanggung jawab atas tubuh saat istirahat.

Baca juga: Mati Patah Hati Itu Nyata, Ini Penjelasannya dari Kacamata Ahli

"Hormon yang dilepaskan saat patah hati mengaktifkan dua bagian sistem saraf ini," urai Lee, lagi.

Otak dan jantung, yang merespons jalur ini, kemudian bingung karena menerima pesan yang campur aduk.

Akibatnya, terjadi gangguan pada aktivitas listrik jantung, dengan variabilitas detak jantung yang lebih rendah.

Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa janda dan duda memiliki risiko kematian 41 persen lebih tinggi dalam enam bulan pertama setelah kehilangan pasanganya, menurut salah satu penelitian sebelumnya.

Artikel di Frontiers in Psychiatry tahun 2019 juga menyatakan sering kali orang dengan variabilitas detak jantung rendah juga akan menunjukkan gejala seperti kelelahan, kecemasan, depresi, dan kurang tidur, dan variabilitas detak jantung, yang biasanya digunakan untuk menilai keadaan klinis pada pasien depresi.

Baca juga: 7 Cara Mengatasi Rasa Sakit Putus Cinta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com