Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/03/2023, 08:00 WIB
Dinno Baskoro,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat ini ada banyak pilihan diet populer untuk menurunkan berat badan, namun fakta menunjukkan bahwa tidak semuanya menunjukkan hasil yang konsisten.

Mungkin beberapa diet berikut ini sudah cukup akrab di telinga tentang manfaatnya dalam memiliki berat badan ideal.

Sebut saja diet keto, diet tinggi protein hingga puasa intermiten. Ketiganya memiliki mekanisme sendiri dalam memangkas lemak dan kalori di dalam tubuh.

Lantas mana yang lebih efektif hasilnya dalam penurunan berat badan jangka panjang?

Baca juga: Vegetarian Jadi Diet Terbaik untuk Penderita Asam Urat? 

Efektivitas diet populer untuk menurunkan berat badan

Ilustrasi diet keto dengan konsumsi makanan tinggi lemakshutterstock/Anton Chernov Ilustrasi diet keto dengan konsumsi makanan tinggi lemak

Obesitas merupakan masalah kesehatan utama yang jumlah kasusnya terus meningkat dari tahun ke tahun.

Ahli kesehatan menyayangkan bahwa sebagian orang salah menerapkan diet yang kini sangat populer, sehingga ada mekanisme pembakaran lemak yang berubah menjadi tidak efektif dalam jangka panjang.

Bartalomoe Burguera, MD, PhD seorang ahli endokrin dari Cleveland Clinic mengatakan, beberapa diet yang populer belakangan ini mungkin terlihat mudah.

Tetapi apakah diet tersebut bisa dikatakan sebagai diet terbaik dalam menurunkan berat badan?

Supaya lebih jelas, coba simak ulasan berikut ini.

1. Diet keto

Diet keto bisa menjadi pola makan paling efektif untuk menurunkan berat badan dalam waktu singkat.

Menurut dokter Burguera, ada beberapa catatan agar hasilnya efektif. Seperti mengombinasikan dengan gaya hidup aktif serta asupan nutrisi yang tepat.

Pada dasarnya diet keto bisa membantu memangkas lemak di tubuh dengan menerapkan prinsip asupan rendah kalori.

Efek sampingnya perut akan merasa cepat lapar karena metabolisme tubuh diubah menjadi ketosis.

Kondisi tersebut memaksa tubuh membakar lemak yang tersimpan menjadi energi karena di tubuh sudah tidak menerima asupan gula atau karbohidrat.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com