KOMPAS.com - Isu korupsi membanjiri pemberitaan dan media sosial beberapa waktu belakangan.
Diawali dengan aksi kekerasan Mario Dandy yang menguak perilaku flexing keluarga sejumlah pejabat hingga berujung pada tuduhan korupsi.
Baca juga: Mendadak Miskin Usai Flexing Terkuak
Maklum saja, kita pasti sulit percaya jika seorang pejabat pemerintah mampu membiayai istrinya untuk memiliki deretan tas mewah dan gaya hidup kelas atas lainnya.
Dari sudut pandang psikologis, riset tahun 2019 membuktikan bahwa korupsi adalah hal yang menular berdasarkan data yang diambil selama puluhan tahun.
Psikolog setuju bahwa secara universal, korupsi sangat menular, meskipun ada perbedaan norma budaya seputar perilaku korup.
"Hanya menyaksikan korupsi dilakukan oleh orang lain membuat orang lebih korup dan begitu dimulai, sulit untuk dihentikan," jelas Debbie Peterson, pakar komunikasi, dikutip dari Psychology Today.
Baca juga: Berita soal Korupsi dan Demonstrasi Buat Masyarakat Stres
Penularan bisa terjadi ketika seseorang mulai melakukan praktik penyimpangan yang sangat kecil namun tidak dikritik.
Akibatnya, perilaku tidak jujur itu menjadi standar untuk apa yang diperbolehkan.
"Ini semua tentang apa yang terjadi di benak pengamat," urai Peterson.
Meskipun banyak orang mungkin berpikir bahwa ada sesuatu yang salah, mereka tidak mengatakannya jika merasa tidak aman dengan posisinya atau lebih rendah dalam hierarki.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.