Alih-alih menyalahkan pasangan, Brenizer mengatakan lebih baik fokus pada emosi kita sendiri dan menyampaikan pengaruhnya pada diri kita.
Cara ini membuat pasangan lebih memahami apa yang perlu dilakukan sebagai solusi situasi yang dihadapi.
Pasangan yang menikah selama puluhan tahun tidak selalu tahu apa yang diinginkan satu sama lain.
“Pasangan tidak bisa menjadi pembaca pikiran,” jelas Brenizer.
Baca juga: Saat Bertengkar dengan Pasangan Hindari Silent Treatment
Jika ada sesuatu yang mengganggu, ia menyarankan untuk mengungkapkan pikiran kita daripada menunjukkan perilaku pasif-agresif.
Gaya komunikasi ini juga menciptakan lingkungan yang nyaman di mana kedua belah pihak merasa nyaman untuk mengekspresikan diri secara bebas.
Secara berkala, penting untuk menunjukkan perasaan terhadan pasangan dengan gestur tertentu.
Misalnya memeluk pasangan setelah hari yang panjang, mengatakan "Aku mencintaimu", menyentuh pundak saat berbicara atau sekadar ucapan terima kasih.
Baca juga: Menurut Studi, Memeluk Pasangan Bisa Turunkan Stres pada Wanita
Isyarat verbal dan nonverbal ini membantu pasangan kita mengetahui bahwa dia dicintai dan dihargai.
Pernikahan kadang membuat orang lupa pentingnya memberikan pujian kepada pasangannya.
Brenizer menguraikan jika pujian bisa membantu seseorang merasa dilihat, dihargai, dan dicintai—dan berkontribusi pada kelanggengan hubungan.
Cara ini penting untuk menunjukkan jika kita selalu mendukung pasangan, bukannya malah menjatuhkannya.
Dalam pernikahannya, frasa tertentu, seperti "Kamu salah" atau "Itu konyol" dilarang karena menimbulkan rasa sakit dan menghalangi kepercayaan.
"Kita tahu betapa sakitnya satu kritik atau penghakiman tegas," tandas Brenizer.
Baca juga: 3 Aturan yang Penting Dilakukan agar Pernikahan Makin Bahagia