KOMPAS.com - Istilah beer belly atau perut buncit pada orang yang sering minum minuman beralkohol sudah sering didengar.
Tapi, tahukah mengapa alkohol bisa menjadi penyebab perut buncit?
Alkohol dapat merusak organ hati karena jaringan hati yang normal digantikan oleh jaringan fibrosis yang tidak bisa menjalankan fungsi hati secara normal.
Ketika sebagian besar jaringan hati berubah menjadi jaringan fibrosis, hati tidak lagi dapat bekerja dengan baik seperti memproduksi enzim dan protein serta menghilangkan racun dan limbah.
Baca juga: 6 Cara Ideal Mengecilkan Perut Buncit untuk Wanita
Mereka yang mengalami kecanduan alkohol seringkali mengembangkan perut yang semakin membuncit ketika hati sudah tidak mampu bekerja optimal.
Perut buncit pada pecandu alkohol menunjukkan adanya cairan mengandung protein yang bocor dari pembuluh darah di sekitar hati dan menumpuk di perut.
Cairan ini disebut asites dan dapat menyebabkan perut membengkak, terkadang hingga memengaruhi bagian kaki.
Menurut Encyclopedia of Medicine, asites adalah kondisi di mana penurunan produksi albumin --protein yang disintesis di hati-- terjadi karena hati tidak berfungsi dengan baik.
Padahal, albumin berperan untuk menjaga cairan di dalam pembuluh darah.
Pada saat yang sama, jaringan parut yang terbentuk akibat kegagalan organ hati meningkatkan tekanan pada pembuluh darah yang memasuki hati (vena porta).
Akibatnya, cairan dari pembuluh darah terdorong ke dalam rongga perut, dan menumpuk di sana sebagai asites.
Baca juga: Hindari 4 Makanan Ini jika Tak Ingin Punya Perut Buncit
Asites dapat menimbulkan berbagai efek negatif pada tubuh, memberikan tekanan pada organ terdekat seperti paru-paru yang membuat pernapasan menjadi sulit.
Penumpukan cairan di rongga perut juga dapat mempersempit lambung dan usus, sehingga memicu kesulitan makan dan nafsu makan menurun.
Infeksi pada cairan yang menumpuk (disebut sebagai peritonitis bakterialis spontan atau PBS) juga merupakan risiko yang bisa terjadi pada penderita asites.
Dilansir Merck Manual, kematian dapat terjadi jika infeksi tersebut tidak segera diobati.