BEBERAPA minggu lalu, saya berdiskusi dengan seorang CEO dari generasi milenial dan seorang lagi dari generasi baby boomers tentang betapa sulitnya mengelola lintas generasi ketika mereka jauh lebih tua atau lebih muda dari tim yang dipimpin.
CEO dari generasi baby boomers tidak mengerti mengapa bawahan langsungnya menanggapi pesan suaranya dengan email, alih-alih meneleponnya kembali. CEO dari generasi milenial tidak mengerti preferensi untuk panggilan telepon ketika informasi yang sama dapat dikomunikasikan melalui teks.
Pelajaran yang dapat dipetik oleh semua generasi di sini adalah mempelajari cara berkolaborasi dengan dan menghargai preferensi, kebiasaan, dan perilaku unik rekan kerja yang tumbuh di masa yang berbeda dengan kita.
Ketika kita pada dasarnya tidak dapat berhubungan dengan seseorang karena kesenjangan generasi, kita sering menggunakan stereotipe berbahaya dan menyalahkan masalah yang dapat dipecahkan, alih-alih bekerja untuk memahami dan menghargai perbedaan yang menjauhkan kita. Akibatnya, kinerja dan produktivitas kerja jadi negatif.
Baca juga: Stereotipe Pemimpin Perempuan dalam Industri Film dan Iklan
Untuk mendapatkan panduan tentang bagaimana kita dapat melewati ini dan menyadari banyak manfaat dari pekerjaan lintas generasi, saya teringat gagasan Profesor Megan Gerhardt, direktur pengembangan kepemimpinan di Farmer School of Business Universitas Miami dan penulis buku Gentelligence.
Pertama, stereotipe berbahaya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah modern, ada lima generasi dalam angkatan kerja, masing-masing menunjukkan sifat dan nilai kepribadian yang unik, yaitu:
Generalisasi ini, sebagian besar, bermasalah. Gerhardt mengingatkan kita langkah pertama untuk mengatasi bias usia, dan mengembangkan rasa saling menghormati satu sama lain adalah menghilangkan prasangka.
Banyak percakapan generasi dalam berita hari ini mengandalkan stereotipe palsu dan headline clickbait, daripada meluangkan waktu untuk memahami perbedaan penting yang merupakan bagian dari identitas generasi kita. Ketika kita menetapkan karakteristik negatif atau menyeluruh untuk setiap kelompok, kita menyiratkan bahwa nilai, keyakinan, dan tujuan mereka pada dasarnya "cacat".
Ada nilai dalam mendidik diri kita sendiri tentang realitas yang dihadapi generasi berbeda sepanjang karier mereka. Pada kenyataannya, apa yang kita hargai sebagai individu sering kali dipengaruhi peristiwa yang sepenuhnya di luar kendali kita, yang ditentukan pengalaman kita di awal kehidupan dan karier kita.
Setiap generasi memasuki dunia kerja dalam kondisi tertentu, yang pada akhirnya membantu dalam membentuk gol, preferensi, dan pendorong kesuksesan kita. Misalnya, lulusan perguruan tinggi baru-baru ini, yang memulai pekerjaan pertamanya selama pandemi dan terbiasa dengan bekerja jarak jauh, mungkin sangat menghargai pekerjaan yang fleksibel dan lebih suka berkomunikasi secara digital.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.