Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips Hemat Listrik bagi yang Punya Water Heater Listrik Saat Mudik

Kompas.com, 20 April 2023, 18:29 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penggunaan pemanas air atau water heater listrik di rumah-rumah perkotaan makin diminati karena kemudahan pemasangan maupun pemakaiannya.

Dengan menggunakan water heater listrik, kita juga bisa menikmati mandi air hangat atau panas dengan lebih praktis.

Ada pun tipe water heater listrik ini terbagi menjadi dua, yakni water heater bertangki (storage) dan water heater tidak bertangki (instan).

Namun, sebagian besar water heater listrik biasanya memiliki daya listrik yang tinggi sehingga bisa memakan lebih banyak listrik, terlebih ketika meninggalkannya untuk mudik atau pulang ke kampung halaman saat Lebaran.

Tips menghemat listrik water heater saat mudik

Ditemui di acara media breakfasting di kawasan Gunawarman Jakarta, beberapa waktu lalu, Marketing Director Ariston Indonesia, David Karlowee pun membagikan tips agar water heater tidak memakan banyak daya listrik saat kita tinggal mudik.

Menurut David, untuk water heater instan biasanya tidak akan menghabiskan banyak listrik jika ditinggal, namun memang memiliki kapasitas daya listrik yang lebih besar.

"Kalau yang pemanas instan sih tidak ada masalah jika kita tinggal pergi mudik atau ke luar kota," katanya.

"Sebab, pemanas instan itu hanya menggunakan listrik saat dipakai saja. Tetapi, memang pemakaian listriknya agak tinggi, jadi kendalanya ada di daya listrik rumah mencukupi atau tidak," jelas dia.

Sementara untuk water heater storage, memang disarankan David untuk dimatikan tombol power-nya saat kita berpergian untuk menghemat daya listrik.

"Pemanas storage perlu dimatikan jika ingin hemat listrik. Tapi, konsekuensinya saat kita pulang ke rumah, mesinnya memang tidak bisa langsung memanaskan air, jadi butuh proses agak lama," terangnya.

Pilih water heater dengan daya listrik kecil

David menuturkan bahwa umumnya water heater instan memiliki daya listrik sebesar 700-2000 watt.

Untuk water heater storage, daya listrik normalnya berada di kisaran 200-500 watt. Dan bahkan beberapa ada yang lebih kecil, yakni sekitar 150-300 watt.

"Kalau mau yang lebih panas, ya listriknya harus yang lebih tinggi," katanya.

"Itu juga ada pengaruh dengan tekanan air, kalau airnya kencang ya mesti kuat pemanasnya. Karena air kan lewatnya hanya sebentar langsung panas, makanya wattnya harus lebih tinggi."

"Tapi, kalau tekanan airnya bisa diturunkan, maka pemanasnya pun tidak harus terlalu panas. Jadi, bisa menggunakan yang storage," ujar dia.

Sampai saat ini, menurut David, masyarakat di Indonesia lebih banyak menggunakan water heater storage daripada instan.

Hal ini disebabkan karena kecenderungan orang-orang untuk tidak mematikan water heater sehingga memilih yang daya listriknya lebih kecil.

"Untuk di Indonesia, water heater storage dengan watt yang kecil sebenarnya cocok aja karena kita punya kebiasaan untuk tidak mematikan water heater," ungkapnya.

"Jadi, kalau turun sedikit suhunya kita pasti akan panasin lagi," tambah dia.

Yang menarik, water heater storage itu berhenti di sekitar suhu 90 derajat celsius.

Apabila suhunya di dalam tangkinya sudah turun sebanyak 5 derajat celsius, maka mesin pemanas akan menyala nyala lagi.

"Kami pernah mengecek kalau 1 derajat turun itu waktunya kira-kira 1 jam. Kalau sekitar 5 jam, mesinnya akan memanaskan lagi tapi cuma naikin 5 derajat jadi cepat."

"Jadi, kalau kita jarang pakai ya tidak masalah karena listriknya masih kecil sehingga tidak masalah juga kalau tidak dimatikan," imbuhnya.

Baca juga: Pemanas Air Instan untuk Mandi Tanpa Ribet

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau