Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makan Kentang Goreng Bisa Picu Kecemasan dan Depresi, Benarkah?

Kompas.com - 26/04/2023, 05:00 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Kentang goreng adalah salah satu makanan paling digemari banyak orang karena rasanya yang lezat dan gurih.

Namun, mengonsumsi kentang goreng secara berlebihan ternyata tidak hanya berdampak negatif pada kesehatan secara fisik, tetapi juga mental.

Hal ini pun diungkapkan oleh sebuah studi di Hangzhou, China, yang diterbitkan dalam jurnal PNAS, Senin (24/4/2023).

Dalam studi tersebut, para peneliti menemukan bahwa seringnya mengonsumsi makanan yang digoreng, terutama kentang goreng, dapat meningkatkan risiko kecemasan sebanyak 12 persen dan risiko depresi sebanyak 7 persen.

Peningkatan ini pun lebih terasa di kalangan pria muda dan konsumen yang lebih muda.

Kendati demikian, para ahli yang mempelajari nutrisi mengatakan bahwa hasil penelitian ini masih bersifat pendahuluan.

Baca juga: 5 Tips Mengatasi Kecemasan dan Depresi bagi Penderita Eksim

Dan belum jelas apakah gorengan yang menyebabkan masalah kesehatan mental, atau orang-orang yang mengalami gejala depresi atau kecemasan beralih ke gorengan.

Proses studi

Studi ini diketahui mengevaluasi 140.728 orang selama 11,3 tahun.

Setelah mengecualikan peserta yang didiagnosis dengan depresi dalam dua tahun pertama, sebanyak 8.294 kasus kecemasan dan 12.735 kasus depresi ditemukan pada mereka yang mengonsumsi makanan yang digoreng.

Sementara, secara khusus kentang goreng ditemukan memiliki peningkatan risiko depresi sebesar 2 persen lebih tinggi daripada daging putih yang digoreng.

Temuan ini juga menunjukkan bahwa partisipan yang mengonsumsi lebih dari satu porsi gorengan secara teratur lebih cenderung merupakan pria yang lebih muda.

"Komponen manusia dari studi ini mungkin menunjukkan apa yang dimaksudkan bahwa asupan makanan yang digoreng yang lebih tinggi meningkatkan risiko kecemasan maupun depresi."

Demikian penuturan seorang spesialis pengobatan gaya hidup yang tidak terlibat dalam penelitian ini, Dr David Katz.

Menurut dia, orang-orang yang memiliki gejala kecemasan dan depresi dapat beralih ke makanan yang menenangkan sebagai cara untuk mengobati diri sendiri.

Terlebih, dalam beberapa studi sebelumnya juga dikatakan bahwa makanan yang tidak sehat dan bernutrisi buruk dapat menurunkan suasana hati seseorang, serta memperburuk kondisi kesehatan mental.

Hal yang sama berlaku untuk zebrafish

Dalam studi baru ini, para peneliti berpendapat bahwa akrilamida — bahan kimia yang terbentuk selama proses penggorengan — terutama pada kentang goreng, merupakan penyebab risiko kecemasan dan depresi yang lebih tinggi.

Baca juga: Remaja yang Kecanduan TikTok Tunjukkan Tanda Kecemasan dan Depresi

Dalam makalah terpisah yang dirujuk studi baru ini, para peneliti mengekspos zebrafish atau danio rerio pada bahan kimia tersebut.

Mereka pun menemukan, paparan jangka panjang telah menyebabkan ikan tersebut tinggal di zona gelap di dalam tangki, sebuah tanda umum dari tingkat kecemasan yang lebih tinggi pada ikan.

Selain itu, zebrafish tersebut juga menunjukkan berkurangnya kemampuan untuk menjelajahi tangki mereka dan bersosialisasi.

Ikan yang terpapar bahan kimia ini tidak berenang berdekatan dengan zebrafish lainnya, meskipun zebrafish diketahui membentuk kelompok-kelompok dengan spesies mereka.

"Zebrafish mungkin dipilih karena mereka sudah diketahui rentan terhadap toksisitas akrilamida dan karena respons perilaku terhadap kecemasan sudah mapan dan konsisten sehingga menawarkan sumber data biologis dan perilaku," kata Katz.

Profesor epidemiologi dan nutrisi di Harvard T.H. Chan School of Public Health, Dr Walter Willett pun mengatakan, hasil studi ini harus dianggap sebagai penelitian yang sangat awal, terutama kaitannya dengan makanan yang digoreng dan akrilamida.

"Efek kesehatan dari makanan yang digoreng akan sangat bergantung pada makanan apa yang digoreng dan jenis lemak apa yang digunakan untuk menggoreng," terangnya.

"Kentang menjadi perhatian untuk kemungkinan efek suasana hati karena dapat menyebabkan lonjakan besar dalam gula darah dan kemudian respons hormonal terhadap lonjakan ini."

"Namun, lonjakan ini sebagian diredam oleh lemak, yang akan disediakan oleh lemak dari penggorengan," jelas dia.

Baca juga: Bella Hadid Ungkap Perjuangannya Hadapi Kecemasan dan Depresi

Willett juga mencatat bahwa akrilamida tidak hanya dihasilkan dari penggorengan.

Bahan kimia ini juga ada di dalam kopi.

Karena pemanggangan biji kopi, dan di dalam roti bakar, karbohidrat yang dipanaskan bersama dengan protein dapat menghasilkan akrilamida.

"Tetapi, data zebrafish sulit ditafsirkan dalam kaitannya dengan kesehatan manusia karena kita jelas sangat berbeda, dan para penulis mengakui hal ini," imbuhnya.

Kecemasan dan depresi meningkat

Peneliti di Zhejiang Yu Zhang University, salah satu penulis studi tersebut, mengatakan kepada CNN bahwa kita tidak perlu panik tentang dampak buruk makanan yang digoreng.

Namun, mempertahankan gaya hidup sehat dan mengurangi konsumsi makanan yang digoreng dapat membantu meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

Para peneliti telah menunjukkan adanya peningkatan depresi dan kecemasan di seluruh dunia baru-baru ini, dengan peningkatan sebesar 27,6 persen dan 25,6 persen pada tahun 2020.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memperkirakan bahwa lebih dari 5 persen orang dewasa menderita depresi, secara global, seperti yang dicatat dalam makalah tersebut.

Dengan melihat efek konsumsi makanan yang digoreng pada manusia dan paparan akrilamida pada zebrafish, para peneliti membandingkan keduanya untuk menunjukkan bahwa konsumsi bahan kimia yang sering ditemukan dalam makanan yang digoreng dapat memiliki efek negatif pada kesehatan mental.

Baca juga: Kecemasan dan Depresi Orangtua Ganggu Mental Anak, Cara Mengatasinya?

Menurut Katz, kurangnya variasi dalam makanan juga terbukti dapat menurunkan kesehatan.

"Jika diperlukan makanan untuk dibawa pulang, maka kualitas makanan secara keseluruhan, dan pemilihan makanan yang sehat, sangat penting untuk setiap aspek kesehatan mental maupun fisik," ungkapnya.

Di sisi lain, Willett mengatakan bahwa ada juga kemungkinan sebab akibat yang sebaliknya bahwa orang dapat mengubah pola makan mereka karena mengalami depresi atau kecemasan.

"Perubahan suasana hati ini, secara umum, lebih sulit untuk diteliti karena bisa datang dan pergi, tidak seperti diagnosis kanker atau serangan jantung, studi dalam analisis ini tidak dirancang untuk mengatasi tantangan ini," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com