KOMPAS.com - Cuaca panas ekstrem yang tengah melanda beberapa negara di Asia, termasuk Indonesia, ternyata dapat mempengaruhi penderita eksim atau dermatitis atopik.
Ini bahkan dapat memperburuk kondisi eksim dengan memicu sejumlah gejala kekambuhan, seperti gatal-gatal dan kulit yang meradang.
Faktanya, sebuah penelitian yang diterbitkan pada Januari 2021 di Journal of Dermatology menemukan, sepertiga anak-anak dengan dermatitis atopik yang sulit diobati mengalami kekambuhan (flare) pada musim semi dan musim panas.
"Cuaca panas bisa menimbulkan keringat berlebih. Keringat sendiri mengandung berbagai garam yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit yang rusak, seperti eksim."
Demikian penuturan seorang dokter spesialis kulit di Vive Dermatology Surgery and Aesthetics di Brooklyn, New York, AS, Dr Susan Bard, MD.
Baca juga: Eksim dan Stres, Apa Kaitannya?
Lebih khusus, keringat juga mengandung zinc, tembaga, besi, nikel, kadmium, timbal, mangan, natrium, dan klorida, menurut National Eczema Association (NEA), akan memicu iritasi ketika menumpuk.
Itulah yang menyebabkan eksim semakin memburuk, khususnya di area di mana kelembapan terperangkap, seperti siku, bagian belakang leher, atau bagian belakang lutut.
Kabar baiknya, kita dapat mengambil pendekatan proaktif untuk meminimalkan risiko-risiko ini.
Berikut adalah enam strategi yang dapat dilakukan untuk menghindari kambuhnya eksim saat cuaca panas.
Langkah pertama yang jelas adalah mencoba meminimalkan keringat.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.