Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Yustina
ASN Badan POM RI

ASN di Badan POM RI

Selamatkan Bumi dengan "Sustainable Beauty"

Kompas.com - 03/05/2023, 12:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDUSTRI kosmetik dunia berkembang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Data dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) menyebutkan, setiap tahun Indonesia hasilkan sekitar 64 juta ton sampah plastik non-recyclable.

Hanya sedikit dari sampah tersebut yang dikelola dengan baik. Salah satu kontributor terbesar sampah plastik adalah kemasan produk kosmetik, baik produk makeup ataupun produk perawatan kulit (skincare).

Proses produksi, konsumsi, hingga pembuangan plastik dapat menghasilkan emisi karbon yang tinggi. Semakin tinggi gas karbon yang diemisikan, semakin tinggi pula konsentrasi gas rumah kaca yang terperangkap di atmosfer. Hal itu akan berdampak signifikan pada perubahan iklim dunia.

Baca juga: BPOM Gerebek Pabrik Kosmetik Ilegal di Jakarta Utara, Barang Bukti Capai Rp 7,7 Miliar

Pertumbuhan kosmetik sejatinya bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi, pertumbuhan industri kosmetik berimbas positif dalam menggerakkan roda ekonomi negara. Di sisi lain, pertumbuhan ini memberikan beban yang signifikan bagi lingkungan dari sampah kosmetik yang dihasilkan, baik ketika proses produksi maupun ketika produk digunakan konsumen.

Selain itu, penggunaan bahan-bahan yang terkandung dalam kosmetik yang bersifat less toxic bagi kesehatan menjadi perhatian serius dunia. Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang dan negara-negara lainnya mengeluarkan batasan-batasan tertentu mengenai kandungan bahan yang diperbolehkan maupun yang dilarang dalam produk kosmetik.

Persyaratan itu perlu menjadi perhatian yang serius bagi industri kosmetik Indonesia yang ingin berekspansi ke dunia internasional. Karena dua isu besar inilah, terjadi peningkatan permintaan pasar akan produk kosmetik natural dan berbahan alami.

Meningkatnya kepedulian itu bermuara pada kampanye global yang bertajuk Sustainable Beauty. Gerakan ini membutuhkan komitmen dan kerja sama pemerintah, industri kosmetik, dan konsumen sebagai perwakilan masyarakat.

Pemerintah

Pemerintah memiliki peran vital dalam membuat kebijakan guna mendukung gerakan Sustainable Beauty. Selain menerbitkan peraturan terkait sustainability, pemerintah dapat mendorong industri agar beralih pada penggunaan bahan baku yang digunakan dalam formulasi kosmetik yang tidak berbahaya bagi kesehatan dan berkelanjutan bagi lingkungan.

Misalnya, pemerintah melarang penggunaan bahan baku yang terbuat dari minyak bumi dan memberikan opsi substitusinya dengan oleokimia berbahan dasar tanaman dan bakteri, misalnya gliserin, argan oil, atau avocado oil.

Pemerintah juga dapat mendorong industri kosmetik untuk menerapkan sustainable packaging. Sustainable packaging adalah pemilihan material pengemas kosmetik berbasis bahan yang tidak berbahaya bagi lingkungan atau yang dapat didaur ulang.

Baca juga: Lewat Komunitas Lyfewithless, Masyarakat Bisa Tukar Wadah Kosmetik Jadi Voucher Belanja

Pemilihan material pengemas dapat disesuaikan dengan anggaran dan kebutuhan industri. Material pengemas yang digunakan harus dapat didaur ulang (recycled), diisi ulang (refilled) dan/atau digunakan ulang (reused).

Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk mendukung sustainable pacakaging adalah bambu, silikon, gelas, logam, dan kertas karton.

  • Bambu menjadi salah satu pilihan pengemas yang populer di industri kosmetik. Bambu merupakan sumber daya alam terbarukan. Bambu gampang tumbuh di mana saja tanpa intervensi pestisida dan pupuk. Pengemas bambu juga terkenal ringan dan tahan lama. Selain itu kemasan bambu terlihat mewah dan ramping, sehingga cocok digunakan sebagai pengemas kosmetik. 
  • Bahan silikon memiliki sifat seperti plastik, tahan lama, dapat digunakan ulang tetapi tidak melepas bahan kimia yang toksik ketika kontak dengan air atau pun tanah. Bahan ini juga tahan panas, fleksibel, dan telah lama digunakan sebagai bahan pengganti botol plastik. 
  • Kontainer yang terbuat dari gelas mudah didaur ulang, sehingga bahan ini dapat dijadikan alternatif pengemas kosmetik. Pada umumnya kemasan ini digunakan untuk kosmetik berwujud cairan dan krim.
  • Keunggulan kontainer. Keunggulan kontainer logam adalah tidak mudah berkarat, memiliki titik leleh yang rendah, sehingga proses daur ulang pengemas yang terbuat dari logam membutuhkan energi yang lebih rendah.
  • Kertas karton biodegradable.  Material ini dapat terurai dengan cepat tanpa merusak lingkungan atau membahayakan organisme hidup. Karena itu, material ini cocok digunakan sebagai pengemas primer maupun pengemas sekunder.

Industri Kosmetik

Tuntutan konsumen akan produk kosmetik yang bernilai kesehatan tinggi, ramah lingkungan, dan memberikan manfaat sosial menjadikan industri kosmetik mengalihkan fokus untuk menggunakan bahan alami dan eco-friendly guna memenuhi ekspektasi konsumen.

Konsep eco-friendly tidak hanya terbatas pada proses produksi kosmetik yang lebih ramah lingkungan, tetapi juga melibatkan proses pengemasan dan distribusi yang seminim mungkin menghasilkan polusi, baik polusi udara, air, maupun tanah.

Tren penggunaan bahan alami dalam kosmetik di antaranya minyak dan lemak nabati (seperti minyak bunga matahari dan shea butter), minyak esensial, minyak oleoresin, dan minyak peculi (bahan campuran parfum), serta ekstrak tumbuhan (ekstrak ginkgo, lemon, pomegranat dan teh hitam).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com