Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Hari Kebangkitan Nasional dan Semangat Para Pekerja

Kompas.com - 21/05/2023, 10:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Work-life balance adalah konflik peran ganda di mana keseimbangan pekerjaan dan keluarga mencerminkan orientasi individu di berbagai peran kehidupan (Greenhaus & Beutell 1985).

Bagi kita sebagai pekerja, work life balance memiliki makna di mana pekerja mampu memiliki otonomi dan kapasitas dalam mengatur dan menyeimbangkan antara pekerjaan dan dan kehidupan non kerja (Bond, 1997).

Untuk meningkatkan work-life balance, beberapa hal yang dapat kita lakukan sebagai pekerja adalah sebagai berikut:

Pertama, mengurangi gangguan (intervensi) dari kehidupan pribadi terhadap pekerjaan. Tidak jarang kondisi kehidupan pribadi mengganggu pekerjaan kita sehingga performa kita di pekerjaan menjadi kurang efektif karena penggunaan waktu yang kurang efisien.

Misalnya, ketika kita sedang berkonflik dengan pasangan, kita banyak diwarnai emosi sedih, kesal, marah, kecewa, dll.

Saat kita merasakan berbagai emosi negatif tersebut, boleh jadi di kantor kita mencurahkannya kepada rekan kerja; dan tanpa terasa waktu kerja menjadi tersita.

Oleh karena itu, kita perlu menyadari emosi negatif yang kita alami, dan kita tidak menggunakan waktu kerja untuk mencurahkan berbagai emosi negatif yang kita bawa dari rumah.

Sebisa mungkin, saat kita sedang mengalami emosi negatif dari rumah, kita tetap bersikap profesional dan fokus kepada pekerjaan.

Kedua, mengurangi gangguan (intervensi) dari pekerjaan terhadap kehidupan pribadi. Hal yang sebaliknya juga berlaku, ketika pekerjaan sedang berjalan tidak baik dan kondisi lingkungan kerja sedang tidak menyenangkan, sebaiknya hal tersebut tidak dibawa pulang ke rumah.

Misalnya, ketika di tempat kerja kita baru saja diberikan target ataupun tugas yang mendesak, boleh jadi target atau tugas tersebut akan membuat waktu istirahat kita di rumah menjadi berkurang.

Di rumah, yang seharusnya merupakan tempat untuk beristirahat, menjadi tempat bekerja hingga larut malam.

Untuk hal ini, kita perlu menyadari bahwa istirahat adalah hal penting. Kita perlu menetapkan rencana dan target untuk beristirahat.

Ada baiknya di rumah kita beristirahat lebih awal, bangun lebih pagi; sehingga dapat berangkat ke kantor lebih awal untuk mengerjakan hal-hal yang belum terselesaikan.

Ketiga, mengambil manfaat dari hal-hal positif dalam kehidupan pribadi untuk diterapkan pada pekerjaan.

Dalam meningkatkan keseimbangan hidup dan pekerjaan, kita bisa membawa hal-hal positif dan baik yang terjadi di kehidupan pribadi kita ke dalam kehidupan pekerjaan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com