Misalnya, kehangatan komunikasi yang biasa dibangun di rumah dari orangtua dan saudara kita, yang membuat kita nyaman, dapat kita ciptakan juga kepada rekan kerja sehingga pekerjaan menjadi lebih nyaman.
Contoh lainnya, adalah kebiasan baik kita di rumah untuk saling menyapa dan memberikan apresiasi satu sama lain dengan saudara kita, bisa kita terapkan juga di pekerjaan kita.
Dengan hal ini, akan tercipta suasana kerja yang positif, menyenangkan dan saling mendukung satu sama lain di antara rekan kerja; yang akhirnya membuat tugas/pekerjaan menjadi lebih tercapai dan waktu penyelesaian menjadi lebih efisien.
Keempat, mengambil manfaat dari hal-hal positif dalam pekerjaan untuk diterapkan pada kehidupan pribadi.
Kehidupan pekerjaan juga tidak jarang membentuk kita menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat kita aplikasikan untuk mendukung kehidupan pribadi kita.
Misalnya, di dalam pekerjaan, kita dituntut untuk bekerja teratur, rapih, dan terencana. Hal-hal positif ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan kita di rumah.
Di dalam kehidupan pribadi/di rumah, kita dapat mengatur penggunaan waktu sehari-hari sehingga menjadi lebih teratur.
Kita perlu menjadwalkan hal-hal/kegiatan yang bersifat pribadi, seperti: hari Minggu mendatang, akan kita rencanakan berlibur atau mengerjakan hobi.
Berharap dengan pemanfaatan waktu hari libur untuk refreshing, semangat/motivasi untuk kembali bekerja di keesokan harinya akan lebih tinggi.
Dengan memahami mengenai cara meningkatkan work-life balance ini, diharapkan para pekerja dapat lebih produktif, sehingga dapat mengurangi keluhan ataupun keinginan untuk berhenti bekerja.
Karyawan dengan tingkat work-life balance yang tinggi akan bekerja lebih produktif, mampu memberikan kontribusi lebih kepada perusahaan, dan memiliki keinginan untuk berhenti dari pekerjaan yang lebih rendah (Stopper et al., 2003).
Sebagai pekerja, kita jadikan Hari Kebangkitan Nasional sebagai hari untuk tetap memiliki semangat dalam bekerja.
Kita tetap dapat bersemangat seperti halnya para pahlawan pendahulu kita dalam usaha mereka memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
*Pipit Febrina, Mahasiswa Program Studi Psikologi Jenjang Magister Sains Universitas Tarumanagara
Dr. P. Tommy Y. S. Suyasa, Psikolog, Dosen Program Studi Psikologi Jenjang Magister Sains Universitas Tarumanagara
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya