Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketonggeng, Sering Dikira Kalajengking tapi Tidak Berbahaya

Kompas.com - 25/05/2023, 11:21 WIB
Dinno Baskoro,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber WebMD

Ekor yang panjang itu juga berperan sebagai organ sensorik untuk membantunya bergerak.

Perkembangan ketonggeng terdiri dari tiga tahap yaitu terlahir sebagai telur, larva dan ketonggeng dewasa.

Mereka dapat mencapai kematangan seksual pada tiga hingga empat tahun. Rata-rata pejantan bisa hidup sampai 10 tahun dan betina 20 tahun.

Betina dapat bertelur antara 35-68 telur di setiap kantung dan setelah menetas, ketonggeng muda akan tinggal bersama induknya di liang atau sarang sampai berganti kulit untuk pertama kalinya.

Pergantian kulit itu pun bisa terjadi selama tiga kali dalam satu tahun hingga mereka mencapai usia dewasa.

Baca juga: Singapura Akan Izinkan 16 Spesies Serangga Dikonsumsi Manusia, Termasuk Kepompong Ulat Sutra

Ketonggeng adalah sejenis hewan predator nokturnal yang cenderung aktif di malam hari.

Mangsa utamanya adalah serangga bertubuh lunak seperti rayap, kecoak hingga jangkrik.

Hewan ini memakan mangsanya menggunakan pedipalp (dua kaki tambahan di dekat mulut yang berfungsi untuk mengoyak mangsa).

Pedipalp ini memiliki gigi yang berbeda di setiap segmennya dan membantu ketonggeng untuk makan.

Meski terlihat mengerikan, tapi kehadiran ketonggeng di rumah atau pekarangan bisa bermanfaat bagi manusia.

Salah satunya sebagai pengusir hama karena mereka memangsa kebanyakan jenis serangga hama seperti kecoak, hingga rayap.

  • Tidak berbahaya bagi manusia

Hewan yang satu ini juga relatif tidak berbahaya bagi manusia karena tidak dilengkapi dengan racun atau bisa melalui gigitan atau cambuknya.

Tetapi ketika mereka merasa terancam, mekanisme pertahanannya bisa membuat ketonggeng menyemprotkan sejenis asam asetat yang pekat.

Asam ini dapat berpotensi mengiritasi mata dan kulit jika terkena, tetapi secara umum tidak berbahaya.

Baca juga: 8 Fakta Kalajengking, Telah Ada di Bumi Sebelum Dinosaurus

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber WebMD
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com