KOMPAS.com - Seorang turis Jerman menggemparkan publik karena perilaku eksibisionis yang dilakukannya di salah satu pertunjukkan tari di Bali.
Perempuan tersebut mendadak bugil dan berjalan di belakang para penari yang telah menghibur tamu.
Warga Negara Asing (WNA) itu lalu diamankan dan kini mendapatkan perawatan jiwa karena diduga mengalami depresi berat.
Baca juga: Viral, Video Wanita WNA Telanjang Naik Panggung Saat Pentas Tari di Puri Ubud Bali
Perilaku WNA Jerman itu tergolong dalam gangguan eksibisionistik yang ditandai dengan dorongan, fantasi, atau tindakan memperlihatkan alat kelamin.
Umumnya dilakukan kepada orang lain tanpa melibatkan consent, terutama orang asing.
Penderitanya cenderung menunjukkan alat kelaminnya kepada anak-anak praremaja, orang dewasa, atau keduanya.
Kondisi ini dianggap sebagai gangguan paraphilic, yang mengacu pada pola gairah seksual atipikal yang persisten dan intens yang disertai dengan tekanan atau gangguan yang signifikan secara klinis.
Baca juga: Beraksi di Ruang Publik, Eksibisionis Bisa Dijerat UU Pornoaksi tanpa Aduan Korban
Prevelensi gangguan eksibisionis ini diperkirakan memengaruhi sekitar 2-4 persen pria.
Kondisi ini lebih jarang terjadi pada wanita, meskipun perkiraan prevalensi di antara wanita tidak diketahui.
Meski demikian, ada perbedaan antara tindakan eksibisionisme dan gangguan eksibisionistik.
Sementara itu, gangguan eksibisionistik adalah kecenderungan tindakan berdasarkan dorongan atau fantasi tersebut dan menjadi tertekan atau tidak dapat berfungsi karenanya.
Baca juga: Eksibisionisme, Gangguan Mental yang Bikin Orang Senang Pamer Kelamin
Diagnosis gangguan eksibisionistik harus dilakukan oleh para ahli.
Namun ada sejumlah gejala yang menjadi ciri-ciri utamanya:
Seperti banyak paraphilia lainnya, penderita gangguan eksibisionistik dapat menunjukkan dorongan atau terlibat dalam tindakan tersebut secara sporadis atau tanpa gejala sama sekali.
Baca juga: Polisi Ringkus Pelaku Eksibisionis terhadap Anak di Kelapa Gading
Penyebab gangguan eksibisionistik belum sepenuhnya dipahami namun risikonya bisa dipicu gangguan kepribadian antisosial, penyalahgunaan alkohol, dan ketertarikan pada pedofilia pada pria.
Faktor lain yang mungkin terkait dengan eksibisionisme termasuk pelecehan seksual, emosional hingga kenikmatan seksual selama masa kanak-kanak.
Baca juga: Layakkah Pelaku Pelecehan Seksual Dimaafkan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.