"Terkadang, itu lebih kepada konteks atau narasi yang kita berikan pada diri sendiri sebelum menghadapi suatu situasi."
Baca juga: 2 Cangkir Cokelat Panas Sehari Berguna untuk Kesehatan Otak
"Narasi itu sebenarnya bisa memengaruhi karakteristik yang berbeda," kata dia.
Label yang kita tanamkan dalam diri dapat membatasi kita. Misalnya, ketika menganggap diri kita tipe "otak kiri," kita enggan melakukan kegiatan yang membutuhkan kreativitas atau interpretasi seni.
Sebaliknya, jika menganggap diri kita sebagai seniman dengan otak kanan, kita mungkin enggan membaca atau mengerjakan teka-teki silang.
Karena pemikiran tersebut, kita tidak mencari kesempatan untuk mengembangkan kemampuan baru.
Akibatnya, kemampuan kita tidak berkembang karena kita tidak mengambil kesempatan.
Alangkah baiknya jika kita meningkatkan keterampilan baru agar dapat menggali bakat dari sisi otak yang lain.
"Sebagai contoh, jika kita cenderung lebih analitis, cobalah mendaftar dalam sebuah kelas untuk belajar sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya, seperti melukis," saran Tworek.
Baca juga: Minim Aktivitas, Pensiun Dini Berbahaya untuk Kesehatan Otak
"Mengikuti kelas sangat bagus karena kita mendapatkan instruksi dan panduan yang akan membantu kita."
"Hal ini bisa menjadi cara yang baik bagi orang dengan kepribadian analitis untuk melibatkan sisi kreatif dalam otak mereka," lanjut dia.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.