KOMPAS.com - Menstruasi normal biasanya memiliki siklus sekitar 28 hari. Kendati demikian, terkadang menstruasi bisa datang terlambat karena berbagai alasan dan kondisi, kehamilan salah satunya.
Ada beberapa faktor medis dan gaya hidup yang dapat memengaruhi siklus menstruasi ini dan membuat telat menstruasi.
Jika tidak hamil, maka perubahan berat badan hingga tidak seimbangnya hormon pun bisa menjadi alasan terlambatnya menstruasi selama 1-2 bulan.
Bahkan, kondidi si atas juga bisa menyebabkan amenorrhea atau tidak menstruasi sama sekali selama tiga bulan lebih berturut-turut.
Baca juga: 6 Makanan yang Ampuh untuk Redakan Kram Saat Menstruasi
Nah untuk mengetahui lebih jelas tentang berbagai penyebab telat menstruasi selain kehamilan, simak penjelasan berikut ini.
Penyebab telat menstruasi yang pertama adalah stres.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal BMC Women's Health tahun 2018, disebut bahwa stres berat dapat mengganggu produksi gonadotrophin-releasing hormone (GnRH), hormon yang mengatur ovulasi dan siklus menstruasi.
Memang, terlambat mengalami satu siklus menstruasi saat mengalami stres bukan hal yang aneh.
Kendati demikian, jika kita stres berkepanjangan dan terlambat mengalami tiga atau lebih siklus menstruasi, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.
Jika tidak ada masalah kesehatan yang menyebabkan menstruasi terlambat, dokter kemungkinan akan menyarankan konseling guna membantu kita menghadapi stres.
Biasanya, setelah stres mulai bisa dihadapi, siklus menstruasi bisa kembali normal dalam beberapa bulan setelahnya.
Baca juga: Stigma Menstruasi Bikin Remaja Putri di Indonesia Timur Tak ke Sekolah
Penderita polycystic ovary syndrome (PCOS) memiliki ketidakseimbangan hormonal yang membuatnya dapat terlambat menstruasi atau memiliki jadwal menstruasi yang tidak teratur.
Jadwal menstruasi yang tidak teratur itu pun bisa dibarengi dengan gejala berikut:
Obesitas akan memengaruhi regulasi estrogen dan progesteron yang berhubungan dengan terlambatnya menstruasi.
Bahkan, terkadang ini bisa mengakibatkan masalah pada fertilitas penderitanya.
Untuk itu, mencoba menurunkan berat badan dapat membantu regulasi siklus menstruasi bagi perempuan yang mengalami obesitas.
Baca juga: 10 Asupan untuk Redakan Nyeri Saat Menstruasi
Memiliki berat badan yang sangat rendah juga dapat mengganggu regulasi siklus menstruasi.
Studi yang diterbitkan di jurnal BMC Women's Health pun menunjukkan, saat tubuh kekurangan lemak dan nutrisi lainnya, tubuh tidak mampu memproduksi hormon sebagaimana mestinya.
Sementara itu, studi yang diterbitkan di Cleveland Clinic Journal of Medicine menunjukkan, perempuan dengan anorexia (asupan kalori rendah) atau yang membakar lebih banyak kalori saat berolahraga dibanding kalori yang dikonsumsinya, bisa mengalami amenorrhea atau tidak mengalami menstruasi.
Artinya, hal ini dapat mengakibatkan kita melewatkan satu atau lebih siklus menstruasi.
Insufisiensi ovarium primer (POI) terjadi ketika ovarium berhenti berfungsi normal sebelum seseorang mencapai usia 40 tahun.
Hal ini dapat menyebabkan menstruasi yang tidak teratur dan masalah kesuburan dimulai sebelum memasuki usia perimenopause.
Diyakini, penyebab POI berhubungan dengan fungsi folikel, kantung kecil di ovarium tempat telur matang.
Pada penderita POI, kemungkinan besar, banyak folikel yang tidak berfungsi.
Baca juga: Sakit Menstruasi, Apa Penyebabnya?
Ada beberapa penyakit kronis yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi, seperti berikut ini:
Kondisi tertentu yang muncul saat lahir, seperti sindrom Turner dan insensitivitas androgen juga dapat menyebabkan masalah menstruasi dan kesuburan.
Lalu, kondisi bawaan ini sering dikaitkan dengan amenorrhea.
Penyakit akut lainnya, seperti pneumonia, serangan jatung, gagal ginjal, dan meningitis dapat mengakibatkan penurunan berat badan parah, kurang nutrisi, hingga disfungsi hormonal, yang semuanya dapat mengakibatkan terlambatnya menstruasi.
Penyebab telat menstruasi yang terakhir adalah olahraga esktrem.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Pediatric Annals, olahraga ekstrem juga dapat menyebabkan perubahan pada hormon hipofisis dan hormon tiroid yang dapat memengaruhi ovulasi dan menstruasi.
Baca juga: Siklus Menstruasi Normal, Berapa Lama?
Berolahraga selama 1-2 jam per hari seharusnya tidak memengaruhi siklus menstruasi. Namun, jika olahraga selama berjam-jam setiap hari, perubahan hormon pun bisa terjadi.
Jadi jika berencana untuk berolahraga ekstrem, sebaiknya konsultasikan dengan dokter spesialis olahraga.
Dokter spesialis olahraga akan membantu tubuh mendukung semua tuntutan fisik yang dilakukan. Kemungkinan, dokter akan menyarankan beberapa hal berikut:
Jadi jika mengalami telat menstruasi, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.