KOMPAS.com - Tinea versicolor atau panu merupakan salah satu jenis infeksi jamur di kulit yang mengganggu pigmentasi kulit normal, membuat timbulnya beberapa bercak kecil dengan warna berbeda dibanding warna kulit lainnya.
Adapun soal penyebabnya, American Academy of Dermatology menyebut bahwa panu disebabkan oleh spesies jamur bernama Malassezia yang ditemukan di kulit setiap orang.
Kendati demikian, ada beberapa faktor yang dapat membuat jamur ini berkembang berlebih, mulai dari memiliki kulit berminyak, tinggal di area yang lembap dan panas, hingga bekeringat berlebihan. Bahkan, sistem imun yang melemah pun bisa menjadi salah satu faktonya.
Panu sendiri sebenarnya tidak berbahaya. Hanya saja, bisa membuat seseorang merasa tidak percaya diri, sehingga tidak aneh jika penderitanya berusaha untuk tidak membuat bercaknya semakin banyak dan bertambah parah.
Untungnya, sebenarnya panu tidak akan bertambah parah jika kita menghindari beberapa makanan tertentu.
Dikutip dari Livestrong, Harvard Health menemukan bahwa kurangnya asupan zinc, selenium, zat besi, asam folat, serta beberapa vitamin seperti vitamin A, B6, C dan E akan mengubah respons imun dalam studi tabung reaksi dan hewan.
Mengingat melemahnya sistem imun bisa mempengaruhi kondisi panu, mengonsumsi makanan kaya nutrisi, seperti sayuran, buah-buahan, protein tanpa lemak, dan whole grain yang dapat menjaga sistem imun tubuh, kemungkinan dapat membantu melindungi diri dari panu.
Adapun soal makanan yang perlu dihindari untuk mencegah atau mengurangi gejala panu adalah makanan dengan karbohidrat bergula, seperti permen, roti putih, cookies, kentang, dan camilan asin berbahan dasar jagung.
Menurut American Academy of Dermatology, makanan-makanan di atas memiliki indeks glikemik tinggi, yang dapat menyebabkan lonjakan gula darah dan mendorong terjadinya peradangan serta membuat kulit memproduksi lebih banyak minyak, yang berkaitan erat dengan jerawat dan panu.
Baca juga: Mengenal Panu, dari Gejala hingga Cara Mencegahnya
Lebih lanjut, sebuah ulasan yang diterbitkan di jurnal American Family Physician pada November 2014 rupanya menyebut bahwa jamur candida berbeda dengan Malassezia.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.