Meski demikian, mengingat kata ini bermakna luas termasuk sebagai lawan dari kerumitan, maka sederhana dalam konteks gaya hidup dapat dipertegas dengan kebersajahaan, yakni hidup yang tidak berlebih-lebihan, yang dimaknai sebagai hidup tak boros, tak menunjukkan kemewahan berlebihan.
Kesederhanaan dan kebersahajaan semestinya ada dalam agenda pendidikan, bersamaan dengan keutamaan lainnya untuk dapat mengembangkan manusia bijaksana, yang akan menghindarkan orang muda dari hal-hal melampaui batas yang menyebabkan kegagalan mengidentifikasi pemahaman, perasaan dan tindakan secara tepat.
Sebaliknya, orang yang sederhana dapat bertindak proporsional, berkeadilan, dilandasi kejujuran, transparansi, dan pembaharuan, selain dapat menyatukan dan menyelaraskannya dengan keutamaan lain, semisal, keberanian dan kemauan bertindak adil serta keteguhan.
Hal ini bersesuaian dengan pandangan Felderhof dalam artikelnya pada Journal of Beliefs and Values tahun 2009 bahwa dalam kerangka pendidikan, temperance ini merupakan salah satu dalam daftar kualitas manusia yang diinginkan untuk dikembangkan dan ditanamkan pada kaum muda.
Kesederhanaan dan kebersahajaan sebagai keutamaan sangat penting dalam hampir semua aspek dan bidang kehidupan, termasuk tempat kerja dan organisasi.
Misalnya dalam kepemimpinan, tak hanya dalam diartikan sebagai berpikir yang sehat, melainkan juga dianggap mewujudkan kendali diri dan kesabaran hingga memungkinkan membangun integritas diri dan menghindarkan diri dari keterpurukan selain dapat memupuk kepemimpinan visioner terfokus yang menerima batasan etis dan memperhatikan kebaikan bersama.
Upaya untuk menanamkan kesederhanaan dan kebersahajaan tidaklah sederhana dan mudah, terutama bagi orang muda yang tak memiliki pengalaman dibesarkan dalam situasi tersebut.
Tidak pula sekadar upaya menundukkan rasa dan hasrat kepada rasio, melainkan suatu proses yang kompleks mencakup kerendahan hati dalam relasi antarpribadi.
Seperti dinyatakan Tangen dalam tulisannya dalam artikel pada Scandinavian Journal for Leadership and Theology yang diterbitkan tahun 2015, menanamkan kesederhanaan menemukan visi dalam perjumpaan dengan yang baik, namun tetap menjadi tanggung jawab pribadi, yakni sebagai kebajikan atau keutamaan berupa kendali atas yang berlebihan, pengendalian diri yang sangat baik, serta menghindarkan diri dari segala yang mengarah pada kegagalan pribadi dan sosial.
Melalui kekuatan karakter apa saja kesederhanaan dan kebersahajaan dapat diupayakan?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.