Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 2 Oktober 2024, 08:05 WIB
Devi Pattricia,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pesona kain batik khas Indonesia memang tak perlu diragukan lagi. Tak heran, banyak wisatawan asing yang terpesona dengan kain batik.

Akan tetapi, masih banyak orang yang beranggapan bahwa kain batik yang asli pasti memiliki harga yang mahal.

Namun, Pendiri Rumah Batik Palbatu Budi Dwi Harryanto menepis stigma tersebut. Sebab, menurutnya keaslian kain batik tidak hanya diukur melalui harga jualnya yang tinggi.

Baca juga: Esensi Batik Sesungguhnya: Bukan Sekadar Motif, tapi Teknik Warisan Nenek Moyang

“Jangan juga dijadikan patokan kalau harga batik yang mahal itu sudah pasti asli, tidak juga. Itu lah pola pikir masyarakat sudah terbalik," kata Harry saat ditemui di Rumah Batik Palbatu, Jakarta Selatan, belum lama ini.

Batik Asli

Ia mengungkap, bahwa keaslian kain batik dilihat dari teknik dan proses pembuatannya.

Batik dapat disebut asli, apabila dalam proses pembuatannya masih menggunakan canting tulis atau cap yang dicelupkan ke malam (lilin batik) yang panas.

“Inilah yang dibilang batik, dengan proses tradisional yang menggunakan malam, canting, dan pewarnaannya pun masih manual,” ujarnya.

Proses pembuatan batik yang terbukti memakai teknik tradisional yang manual, mungkin saja memiliki harga jual tinggi, terlebih jika motif yang digambarnya pun rumit.

Budi Dwi Harryanto pendiri Rumah Batik Palbatu berbincang dengan KOMPAS.com setelah diwawancarai dalam program lifestyle di Galeri Rumah Batik, Tebet, Jakarta Selatan, pada Sabtu (28/9/2024).KOMPAS.com/ANTONIUS ADITYA MAHENDRA Budi Dwi Harryanto pendiri Rumah Batik Palbatu berbincang dengan KOMPAS.com setelah diwawancarai dalam program lifestyle di Galeri Rumah Batik, Tebet, Jakarta Selatan, pada Sabtu (28/9/2024).

Hal ini karena membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga untuk menyelesaikan kain batik tersebut.

Bahkan, batik yang dibuat dari tangan pengrajin cenderung lebih eksklusif, karena tidak dibuat dalam jumlah yang banyak.

Baca juga: Mengapa Harga Kain Batik Terkenal Mahal?

Semakin tinggi tingkat kesulitan motif, pewarnaan, dan besarnya ukuran kain batik tersebut, maka sangat wajar apabila harganya tinggi.

Berbeda halnya dengan kain batik yang diproduksi massa menggunakan mesin, tentu tingkat kesulitannya akan jauh berbeda.

“Tapi kalau menurut saya pribadi, kalau proses batiknya printing atau hand printing yang tidak sesuai dengan apa yang diwariskan oleh nenek moyang, saya anggap masih belum tepat,” jelas Harry.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau