Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
KOMPAS.com - Peribahasa “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” merupakan ungkapan yang sering digunakan di Indonesia untuk menyiratkan bahwa sifat dan perilaku anak biasanya akan mirip dengan orangtuanya.
Namun, pertanyaan yang muncul adalah seberapa akuratkah pernyataan ini?
Menurut psikolog dari Brawijaya Child and Women Clinic, Khamsha Noory, terdapat sejumlah sifat yang diturunkan secara genetik melalui DNA, yang memberikan kecenderungan bagi anak untuk mengembangkan karakteristik tersebut.
"Ada penelitian tentang bagaimana gen mempengaruhi ke personality dan kesehatan mental anak," ujarnya ketika diwawancarai Kompas.com, Kamis (12/12/2024).
Baca juga:
Berdasarkan teori Big Five Personality, sifat-sifat yang diturunkan dari orangtua ke anak adalah agreeableness (cara memperlakukan orang lain), conscientiousness (kesadaran diri), openness (keterbukaan), extraversion (interaksi sosial), dan neuroticism (stabilitas emosi).
Menurut penelitian, sifat-sifat dalam teori Big Five ini memiliki dasar genetik, yang berarti bahwa ada kemungkinan sifat-sifat tersebut dapat diwariskan dari orangtua kepada anak.
Namun, Khamsha menekankan bahwa keberadaan faktor lingkungan dan cara orangtua dalam mengasuh anak sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak.
"Tapi itu tadi kembali lagi di respon dari lingkungan yang akan mengeluarkan itu atau tidak," pungkasnya.
Penting untuk dicatat bahwa otak manusia memiliki plastisitas, artinya dapat beradaptasi dan berkembang sepanjang hidup.
Proses pengasuhan memainkan peran krusial dalam mengekspresikan potensi genetik.
"DNA itu punya possibility, tapi parenting itu bisa stimulating atau silence the expression of DNA," ungkap Khamsha.
Baca juga:
Dengan kata lain, meskipun anak mungkin mewarisi sifat tertentu dari orangtua mereka, bagaimana mereka dibesarkan, termasuk interaksi yang mereka alami, dapat memengaruhi seberapa besar potensi tersebut berkembang.
Pola asuh orangtualah yang akhirnya akan menentukan apakah anak akan memunculkan sifat yang diturunkan atau tidak.
Sebagai contoh, jika seorang anak tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih sayang dan dukungan, mereka lebih mungkin untuk mengembangkan sifat-sifat positif, seperti kepercayaan diri dan keterbukaan.
Sebaliknya, jika seorang anak dibesarkan dalam lingkungan yang penuh tekanan atau ancaman, seperti menggunakan bentakan atau ancaman dalam pengasuhan, mereka mungkin mengembangkan sifat-sifat negatif atau respons emosional yang lebih tinggi.
"Jadi itu sangat bergantung sama bagaimana pengasuhan di awal kehidupannya itu membentuk dia menjadi orang yang seperti apa," jelas Khamsha.
Baca juga:
Dengan demikian, peribahasa tersebut peribahasa "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya" tidak sepenuhnya benar.
Pengasuhan yang baik dan lingkungan yang positif dapat membantu anak-anak untuk tumbuh menjadi individu yang unik dengan kepribadian yang berbeda dari orangtua mereka.
"DNA yang mungkin membawa sifat-sifat yang kurang nyaman tapi itu juga bukan berarti itu akan serta-merta muncul gitu. Makanya menurut saya akhirnya yang menjadi penentu lebih ke tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kepribadian," tutup Khamsha.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang