Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demo ASN Dikti, Ini 4 Cara Hadapi Atasan Otoriter di Tempat Kerja

Kompas.com, 22 Januari 2025, 13:30 WIB
Lintang Pramatyanti,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyalahgunaan wewenang atau abuse of power oleh atasan masih menjadi isu yang sering ditemukan di berbagai lingkungan kerja.

Salah satu contoh kasus yang mencuat adalah aksi demo di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikti) baru-baru ini, yang menggambarkan situasi penyalahgunaan kekuasaan terhadap karyawan.

Baca juga: Mendikti Satryo Soemantri Menjabat 3 Bulan, Sudah Dua Kali Kena Demo

Dalam situasi seperti ini, penting bagi pegawai untuk memahami langkah-langkah menghadapi perlakuan tidak adil dari atasan agar tidak berdampak buruk pada produktivitas maupun kesehatan mental.

Berikut adalah empat cara menghadapi atasan yang otoriter atau abuse of power di tempat kerja.

Cara menghadapi atasan otoriter

1. Kenali penyebabnya

Abuse of power biasanya dimulai dari tindakan atasan yang melemparkan tanggung jawab secara tidak adil.

Menurut Business Director di TOSEC WORLD, Antoneitta Dewi, bentuk abuse of power yang sering terjadi adalah ketidakadilan dalam pembagian tugas, memberikan kritik yang tidak membangun, dan menurunkan moral bawahan.

“Bentuk penyalahgunaan kekuasaan atau abuse of power yang sering terjadi dalam perusahaan adalah pembebanan kewajiban kerja atau melempar kesalahan kepada bawahan atau orang lain,” jelas Neitta saat dihubungi oleh Kompas.com, Selasa (15/1/2025).

Abuse of power juga sering terjadi akibat kurangnya pengawasan dari atasan terhadap kinerja pekerjanya.

Baca juga: CEO Berpengalaman 39 Tahun Bocorkan Ciri Atasan Toxic

Hal tersebut dapat menciptakan ketidakadilan di lingkungan kerja dan membuat karyawan merasa tertekan.

2. Berkomunikasi dan terbuka

Setelah mengenali penyebab abuse of power, langkah selanjutnya adalah berkomunikasi secara terbuka.

Menurut psikolog sekaligus dosen Universitas Gunadarma, Meity Arianty, komunikasi yang sehat antara atasan dan bawahan dapat mencegah penyalahgunaan wewenang.

“Jika bawahan mendapatkan perlakuan tidak layak, sebaiknya disampaikan kepada atasan, apa yang mengganggu atasan, atau apakah ada yang harus diperbaiki atau mungkin ada kesalahpahaman,” ucap Meity.

Melalui komunikasi yang terbuka, atasan dapat mendengar langsung perasaan dan kebutuhan pekerjanya.

Selain itu, pekerja juga bisa merasa lebih percaya diri untuk memberikan feedback yang membangun kepada atasan mereka.

3. Lakukan pengaduan secara resmi

Jika upaya menjalin komunikasi dengan atasan belum membuahkan hasil, tidak ada salahnya untuk melakukan pengaduan secara resmi.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau