Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menghadapi Fenomena Manusia Tikus pada Gen Z, 5 Hal yang Bisa Dilakukan Orangtua

Kompas.com, 10 Juni 2025, 10:01 WIB
Devi Pattricia,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Beberapa waktu belakangan, dunia maya dihebohkan dengan fenomena yang disebut sebagai “manusia tikus”, terutama di kalangan Gen Z di China. 

Fenomena ini muncul sebagai bentuk perlawanan pasif terhadap burnout, yakni kelelahan fisik dan mental akibat tekanan pekerjaan atau tuntutan hidup yang terlalu berat. 

Para Gen Z memilih hidup menyendiri, tidur larut malam, bersantai di kamar saja, bahkan menghabiskan waktu dengan rebahan.

Baca juga: Fenomena Manusia Tikus di Gen Z China, Berontak dari Burnout

Psikolog klinis dewasa Adelia Octavia Siswoyo, M.Psi menilai, orangtua perlu menyadari bahwa pola ini tidak selalu menandakan kemalasan. 

Sebaliknya, bisa jadi itu adalah sinyal bahwa anak sedang kewalahan secara emosional. Maka dari itu, diperlukan pendekatan yang empatik dan tepat.

Berikut ini lima hal yang bisa dilakukan orangtua saat menghadapi anak yang mengalami burnout atau menjadi "manusia tikus". 

5 Cara Orangtua menghadapi fenomena "manusia tikus" pada Gen Z

1. Pahami cara Gen Z memandang burnout

Langkah awal yang bisa dilakukan orangtua adalah mencoba mengerti cara Gen Z yang mengalami kelelahan mental. 

Apabila mereka terlihat lelah, tidak ingin bersosialisasi, atau bahkan menarik diri, maka itu bisa jadi pertanda mereka mengalami burnout.

“Orangtua baiknya juga bisa memahami bagaimana cara Gen Z ini melihat burnout,” jelas Adelia kepada Kompas.com, Senin (9/6/2025).

Berbeda dengan generasi sebelumnya yang mungkin terbiasa menekan perasaan dan terus bekerja, Gen Z cenderung memprioritaskan kesehatan mental dan lebih berani mengambil jeda.

2. Menjadi pengingat, bukan penghakiman

Bila anak mulai terlalu lama menghindari tanggung jawab, orangtua perlu hadir sebagai pengingat. 

Tapi penting untuk menyampaikan itu secara halus, tanpa tekanan.

“Ketika pemahaman terkait burnout ini tidak sepenuhnya tepat, orangtua bisa menjadi reminder untuk pentingnya menyelesaikan pekerjaan sebelum menarik diri dan beristirahat,”sarannya.

Baca juga: Fenomena Manusia Tikus, Cara Gen Z Merespons Burnout dan Tekanan Hidup

Ia menyarankan, orangtua untuk tidak menuntut secara keras, melainkan mengingatkan bahwa istirahat dan tanggung jawab tetap perlu berjalan seimbang.

3. Hindari sikap menggurui

Alih-alih memarahi atau menceramahi anak, Adelia mengimbau orangtua untuk membangun komunikasi yang terbuka.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau