KOMPAS.com – Beberapa waktu belakangan, dunia maya dihebohkan dengan fenomena yang disebut sebagai “manusia tikus”, terutama di kalangan Gen Z di China.
Fenomena ini muncul sebagai bentuk perlawanan pasif terhadap burnout, yakni kelelahan fisik dan mental akibat tekanan pekerjaan atau tuntutan hidup yang terlalu berat.
Para Gen Z memilih hidup menyendiri, tidur larut malam, bersantai di kamar saja, bahkan menghabiskan waktu dengan rebahan.
Baca juga: Fenomena Manusia Tikus di Gen Z China, Berontak dari Burnout
Psikolog klinis dewasa Adelia Octavia Siswoyo, M.Psi menilai, orangtua perlu menyadari bahwa pola ini tidak selalu menandakan kemalasan.
Sebaliknya, bisa jadi itu adalah sinyal bahwa anak sedang kewalahan secara emosional. Maka dari itu, diperlukan pendekatan yang empatik dan tepat.
Berikut ini lima hal yang bisa dilakukan orangtua saat menghadapi anak yang mengalami burnout atau menjadi "manusia tikus".
Langkah awal yang bisa dilakukan orangtua adalah mencoba mengerti cara Gen Z yang mengalami kelelahan mental.
Apabila mereka terlihat lelah, tidak ingin bersosialisasi, atau bahkan menarik diri, maka itu bisa jadi pertanda mereka mengalami burnout.
“Orangtua baiknya juga bisa memahami bagaimana cara Gen Z ini melihat burnout,” jelas Adelia kepada Kompas.com, Senin (9/6/2025).
Berbeda dengan generasi sebelumnya yang mungkin terbiasa menekan perasaan dan terus bekerja, Gen Z cenderung memprioritaskan kesehatan mental dan lebih berani mengambil jeda.
Bila anak mulai terlalu lama menghindari tanggung jawab, orangtua perlu hadir sebagai pengingat.
Tapi penting untuk menyampaikan itu secara halus, tanpa tekanan.
“Ketika pemahaman terkait burnout ini tidak sepenuhnya tepat, orangtua bisa menjadi reminder untuk pentingnya menyelesaikan pekerjaan sebelum menarik diri dan beristirahat,”sarannya.
Baca juga: Fenomena Manusia Tikus, Cara Gen Z Merespons Burnout dan Tekanan Hidup
Ia menyarankan, orangtua untuk tidak menuntut secara keras, melainkan mengingatkan bahwa istirahat dan tanggung jawab tetap perlu berjalan seimbang.
Alih-alih memarahi atau menceramahi anak, Adelia mengimbau orangtua untuk membangun komunikasi yang terbuka.