Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peran Ayah dan Ibu dalam Bonding Time Anak, Mana yang Lebih Penting?

Kompas.com, 1 Juli 2025, 12:06 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com – Terkadang tidak semua anak bisa melakukan bonding time dengan kedua orangtua. Ada anak yang lebih sering bonding time dengan ibunya, ada yang lebih sering dengan ayahnya. 

Namun, apakah hal tersebut efektif untuk menunjang perkembangan anak? Apakah ayah dan ibu harus sama-sama terlibat dalam bonding time dengan buah hati?

Baca juga: Jakarta Family Walk Siap Digelar, Banyak Aktivitas Bonding dengan Anak

“Fokusnya bukan equal, tapi ayah dan ibu bisa saling ngobrol, ibu punya kelebihan apa sehingga hal lain diambil oleh ayah, diajarkan oleh ayah,” ucap Co-founder BN Montessori, psikolog Pritta Tyas, M.Psi., di Decathlon Pondok Indah, Jakarta Selatan, Kamis (26/6/2025).

Menurut Pritta, peran ayah dan ibu dalam bonding time sama pentingnya, terutama ayah. Sebab, figur ayah dapat memotivasi anak untuk lebih mendalami sesuatu yang diminatinya.

Ini berkaitan dengan figur ibu yang terlalu mengkhawatirkan anaknya. Ibu terlalu sering melarang anak melakukan beberapa hal, alias terlalu banyak omongan, “Aduh, jangan begitu! Aduh, jangan begini!”.

Baca juga:

Rough and tumble play untuk bonding time ayah dan anak

Rough and tumble play bisa dicoba untuk bonding time anak dengan ayahnya. Dok. Freepik/pikisuperstar Rough and tumble play bisa dicoba untuk bonding time anak dengan ayahnya.

Pritta menuturkan, ada istilah bernama rough and tumble play yakni bentuk permainan yang sering dilakukan oleh ayah dan anaknya.

“Makanya ada riset tentang rough and tumble play. Ini kayak, anak ditaruh di kaki kita, lalu kita goyang-goyang dengan posisi kita tertidur. Atau anak diposisikan kayak main pesawat-pesawatan,” kata dia.

Bentuk permainan yang dilakukan dalam rough and tumble play bersifat fisik, seperti memanjat, bergulat, berguling-guling di lantai, atau tinju.

Co-founder BN Montessori dan portal belajar parenting Good Enough Parents, psikolog Pritta Tyas, M.Psi. (kanan), saat peluncuran Jakarta Family Walk di Decathlon Pondok Indah, Jakarta Selatan, Kamis (26/6/2025).kompas.com / Nabilla Ramadhian Co-founder BN Montessori dan portal belajar parenting Good Enough Parents, psikolog Pritta Tyas, M.Psi. (kanan), saat peluncuran Jakarta Family Walk di Decathlon Pondok Indah, Jakarta Selatan, Kamis (26/6/2025).

Pada bayi dan balita, contoh permainannya adalah kuda-kudaan, menari-nari, dan diangkat lalu diputar.

Anak memang bisa melakukannya dengan ibu. Namun, ketika dimainkan dengan ayah, suasananya menjadi lebih seru dan menyenangkan.

Salah satu faktornya karena ayah memiliki lebih banyak energi dibandingkan ibu, selain kekhawatiran yang terlalu berlebihan dari ibu.

“Kenapa kok ayah bisa memunculkan motivasi? Karena ada aktivitas-aktivitas yang anak akan bisa kuasai dengan lebih baik ketika pendampingnya itu ayah,” tutur Pritta.

Baca juga: Bonding Time Bantu Perkembangan Emosi Anak, Jangan Anggap Remeh

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau