Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah ‘Quiet Quitting’, Kini Muncul Fenomena Baru di Kantor: “Quiet Cracking”

Kompas.com, 14 Agustus 2025, 12:10 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa tahun terakhir, istilah quiet quitting sempat jadi simbol masalah di dunia kerja. Namun kini, ada tantangan baru yang patut diwaspadai para atasan: quiet cracking.

Frank Giampietro, Chief Well-being Officer EY Americas, menjelaskan bahwa quiet cracking terjadi saat karyawan tetap hadir dan menjalankan pekerjaannya, tetapi diam-diam sedang berjuang menghadapi tekanan. 

Mereka terlihat “baik-baik saja” di permukaan, namun sebenarnya tidak berkembang atau merasa bahagia di tempat kerja sehingga retak dalam diam (quiet cracking).

"Apa yang kita lihat akhir-akhir ini adalah banyak orang yang sebenarnya bertahan dengan perusahaan tempat mereka bekerja saat ini, tetapi mereka tidak benar-benar berkembang," ujarnya.

Fenomena ini muncul karena situasi pasar kerja yang lesu. Banyak karyawan enggan pindah kerja meski tidak puas dengan posisinya, sebab kondisi ekonomi tidak menentu, peluang kerja terbatas, dan proses perekrutan melambat.

Baca juga: Bikin Surat Lamaran Kerja dengan ChatGPT Bisa Merugikan, Ini Sebabnya

Bahkan, data menunjukkan bahwa pindah kerja sekarang justru bisa lebih merugikan secara finansial dibanding bertahan di perusahaan lama.

"Banyak yang merasa terjebak dan itu bukan karena mereka membuat pilihan untuk terus berada di sana, tetapi karena mereka tak punya pilihan lain yang lebih baik," kata Giampietro.

Dampaknya serius: keterlibatan dan kepuasan kerja menurun, moral tim tergerus, produktivitas anjlok, dan risiko burnout meningkat. Laporan Gallup terbaru bahkan mencatat keterlibatan karyawan global turun dari 23 persen menjadi 21 persen pada 2024, yang berarti kerugian produktivitas mencapai sekitar 438 miliar dolar AS.

Baca juga: Cerita Gen Z Alami Burnout di Dunia Kerja, Tekanan dari Kantor dan Konsumen

Ilustrasi karyawan mengalami stres.FREEPIK Ilustrasi karyawan mengalami stres.

Giampietro mengingatkan, gejala quiet cracking sering menyerupai tanda-tanda burnout, meski skalanya mungkin lebih ringan. Bisa muncul keluhan fisik seperti sakit kepala, cepat lelah, atau sering absen karena sakit.

"Performa pun bisa berubah, misalnya seorang top performer mulai tidak konsisten, atau rekan kerja yang biasanya ceria jadi pendiam dan pesimis," ujarnya.

Baca juga: Bukan Cuma Kelelahan, Burnout Diam-Diam Menggerogoti Mental

Atasan perlu lebih peka

Kuncinya, para atasan perlu peka pada perubahan perilaku anggota tim. Jangan langsung menganggap ini masalah kinerja. Sebaliknya, ajak berdialog secara personal.

"Sesederhana mengatakan: 'Saya perhatikan ada perubahan, boleh kita ngobrol? Saya cuma ingin memastikan kamu baik-baik saja', saran Giampietro.

Tantangan ini semakin berat karena minat perusahaan pada kesejahteraan karyawan yang sempat naik saat pandemi kini mulai meredup.

Di tengah situasi ekonomi saat ini fokus banyak organisasi bergeser ke efisiensi biaya, sehingga dukungan bagi karyawan justru berkurang di saat mereka paling membutuhkannya.

Baca juga: Mengkritisi Narasi Ketersediaan Lapangan Kerja Pemerintah

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau