JAKARTA, KOMPAS.com - Kesehatan mental diibaratkan seperti kendaraan. Ketika muncul perubahan, maka kita akan menyadari ada sesuatu yang tidak biasa.
Psikolog klinis di Rumah Sakit Khusus (RSK) Jiwa Dharmawangsa, Tara de Thouars, M.Psi., mengatakan, peka terhadap perubahan diri adalah langkah awal untuk mengenali apakah mental sedang baik-baik saja atau tidak.
“Ada sesuatu yang berubah, dari segi emosi atau pikiran, entah yang tadinya kita senang-senang saja tiba-tiba mulai murung, itu berarti ada yang berubah. Dan kita merasakan ketidaknyamanan itu,” tutur dia dalam acara “Need a Hand #HidupmuBerarti” yang digelar di Studio 1 Menara Kompas, Jakarta Pusat, Minggu (28/9/2025).
Baca juga: Mengapa Menjaga Kesehatan Mental Itu Penting? Ini Penjelasan Psikolog
Menyadari adanya perubahan dalam diri adalah hal yang sangat mudah untuk dilakukan.
Namun, bukan berarti semua orang nyaman untuk menyampaikannya. Bahkan, tidak semua orang berani untuk menghadapi perubahan tersebut.
Tara mengungkapkan, banyak yang justru merasa malu untuk mengakui bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja.
“Datang ke saya pun sebenarnya malu untuk cerita, merasa kok lemah banget. Sebetulnya tanda itu (perubahan diri) sudah ada, tapi kita berusaha untuk tidak melihatnya. Terkadang, mengakui tanda itu ada menandakan bahwa kita enggak sekuat itu,” ujar dia.
Padahal, merasakan dan menyadari adanya perubahan dalam diri bukanlah sesuatu yang memalukan.
Setiap orang wajar mengalami perubahan dalam diri, baik dari segi emosi, pikiran, maupun perilaku.
Selain perasaan yang berubah, contoh lainnya terkait perubahan dalam diri mencakup pola tidur yang berubah, misalnya jadi sulit tidur atau tidur berlebihan.
Lalu, nafsu makan menurun drastis atau justru makan berlebihan.
Kemudian, hilangnya minat pada aktivitas yang biasanya menyenangkan, sulit berkonsentrasi, atau tubuh lebih cepat lelah tanpa sebab medis yang jelas.
Banyak yang malu untuk mengakui ada perubahan dalam diri, karena hal tersebut berkaitan dengan stigma terkait orang-orang yang mengidap masalah mental.
Baca juga: Cara Saling Menguatkan dan Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Kacaunya Kondisi Negara
Stigma yang beredar adalah bahwa orang-orang dengan masalah mental adalah orang-orang yang lemah.
Inilah mengapa masih banyak orang dengan masalah mental memilih untuk menutup diri daripada bercerita ke orang lain atau mencari bantuan profesional.
Padahal, mengakui perubahan diri bukanlah tanda kelemahan, melainkan bagian penting dari kesadaran diri.
Ditambah lagi, ini membantu seseorang mengetahui bahwa ada masalah mental yang harus ditangani.
“Harus dimulai dari kesadaran diri. Kalau mulai merasa ada yang tidak nyaman, tidak sesuai, berubah dari sebelumnya, bisa jadi kita lagi enggak baik-baik saja,” kata Tara.
Ketika sudah menyadari adanya perubahan dalam diri, kamu bisa melakukan sesuatu untuk melihat apakah perubahan yang dirasakan bakal kembali ke keadaan sebelumnya.
“Kalau ternyata tidak berubah, mungkin ada masalah yang lebih dalam lagi. Di sinilah mungkin kita mempertimbangkan untuk mulai mencari bantuan. Yang penting adalah kesadaran,” pungkas Tara.
Baca juga: Miss Universe Indonesia 2025 Sanly Liu Sebut Kesehatan Mental Jadi Kunci Sukses
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang