Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Sekadar Diet, Dokter Bagikan Cara Jalani Hidup Sehat bagi Penderita Obesitas

Kompas.com, 18 Oktober 2025, 23:01 WIB
Devi Pattricia,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Banyak orang berpikir bahwa menurunkan berat badan bagi penderita obesitas hanya soal diet ketat. 

Dokter Spesialis Penyakit Dalam sekaligus Board of Wellness Halofit dr. Waluyo Dwi Cahyono, SpPD-KEMD, FINASIM menjelaskan, menjaga gaya hidup sehat adalah kombinasi antara pola makan seimbang, olahraga yang terukur, dan kesadaran akan kebutuhan tubuh sendiri.

Perubahan gaya hidup bukan tentang hasil instan, tetapi soal konsistensi dan keberlanjutan. 

Baca juga: Obesitas Tak Cuma Berat Badan Berlebih, Dokter Ungkap Dampak Seriusnya

Gaya hidup sehat untuk penderita obesitas

Langkah-langkah kecil seperti rutin bergerak dan memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi bisa memberikan dampak besar dalam jangka panjang.

1. Olahraga tak perlu lama tapi konsisten

Banyak orang berasumsi olahraga harus lama dan berat agar hasilnya terlihat. Namun, menurut dr. Waluyo, anggapan itu tidak sepenuhnya benar.

“Olahraga yang bagus itu tidak perlu lama, cukup 15 menit. Jika bisa setiap hari sangat bagus, tapi setidaknya tiga kali dalam seminggu sudah cukup,” ujarnya dalam Peluncuran Klinik Digital Halofit by Halodoc, di Jakarta Pusat, Rabu (15/10/2025).

Ia menekankan bahwa efektivitas olahraga tidak diukur dari lamanya waktu, melainkan dari keteraturan dan ritmenya.

Menurutnya, olahraga bagi pengidap obesitas sebaiknya bersifat ritmik, terukur, dan berkelanjutan. Gerakannya tidak harus cepat, tetapi harus konstan.

“Olahraga untuk orang yang obesitas itu baiknya yang sifatnya ritmik, terukur, dan tak perlu lama-lama, tapi tetap efektif,” lanjutnya.

2. Pilih aktivitas aman untuk sendi dan lutut

Bagi sebagian pengidap obesitas, beban berat tubuh seringkali memengaruhi sendi lutut, sehingga olahraga seperti jogging bisa terasa menyakitkan. 

Oleh karena itu, Waluyo mengingatkan pentingnya menyesuaikan jenis olahraga dengan kondisi fisik masing-masing.

“Boleh dengan jogging, jalan pagi. Tapi bukan yang sering berhenti ya, ritmik itu artinya cepat, berkelanjutan, dan konsisten,” jelasnya.

Baca juga: Sering Dikira Sama, Ketahui Beda Obesitas dan Kelebihan Berat Badan

Namun, ia juga menegaskan bahwa jika obesitas sudah parah dan berdampak pada lutut, maka jogging tidak dianjurkan.

Sebagai alternatif, olahraga yang tidak memberikan tekanan besar pada sendi bisa menjadi pilihan, seperti berjalan santai, bersepeda statis, atau mengangkat beban ringan di rumah.

“Silakan melakukan jalan atau olahraga statis di tempat seperti sepeda atau angkat beban yang konsisten,” tambah dr. Waluyo.

Ia menekankan, yang terpenting bukan hanya jenis olahraganya, tetapi keteraturan dan kesadaran untuk tetap aktif setiap hari, meski hanya sebentar.

3. Pola makan seimbang dan perhatikan porsinya

Selain aktivitas fisik, pola makan juga menjadi pilar utama bagi pengidap obesitas. Waluyo menganjutkan, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memahami kebutuhan kalori harian masing-masing.

“Selain aktif berolahraga, orang yang obesitas juga disarankan untuk jaga pola makan. Pahami kebutuhan kalori setiap harinya,” ujarnya.

Ia menambahkan, menghindari makanan manis dan berminyak memang ideal, tetapi sulit dilakukan sepenuhnya. Maka dari itu, ia lebih menyarankan pendekatan yang realistis.

“Sebisa mungkin hindari atau mengurangi makanan yang manis dan berminyak, meskipun menghindari 100 persen itu agak sulit ya,” jelasnya.

Banyak yang menganggap karbohidrat adalah musuh utama obesitas, namun Waluyo menegaskan bahwa karbohidrat tetap dibutuhkan tubuh untuk kinerja otak.

Ia juga menepis anggapan bahwa waktu makan karbohidrat harus dibatasi ketat. Menurutnya, yang lebih penting adalah menjaga keseimbangan energi.

“Tidak ada aturan pasti soal jam untuk mengonsumsi karbohidrat. Prinsipnya adalah kalori yang masuk sama dengan energi yang dikeluarkan,” tutur dr. Waluyo.

Kapan harus ke dokter?

Meski sudah berusaha mengatur pola makan dan rutin berolahraga, sebagian orang mungkin merasa berat badannya tak kunjung turun. 

Dalam kondisi seperti ini, Waluyo menyarankan agar tidak menunda untuk berkonsultasi ke dokter.

Baca juga: 4 Tips Olahraga Aman bagi Penderita Obesitas, Dokter Sarankan Latihan Ritmik dan Terukur

Ia menegaskan, kondisi ini bisa menandakan adanya gangguan metabolisme atau faktor medis lain yang perlu ditangani secara profesional.

“Kunjungi dokter jika berat badan tak kunjung turun dalam waktu 3–6 bulan meski sudah mengubah gaya hidup,” imbaunya.

Menurutnya, pemeriksaan medis penting dilakukan agar pasien mendapat panduan yang tepat dan tidak salah langkah dalam upaya menurunkan berat badan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau