Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Atasi Creative Block dan Burnout Saat Berkarya Menurut Ilustrator

Kompas.com, 17 November 2025, 14:35 WIB
Aliyah Shifa Rifai,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.comCreative block (buntu ide) atau burnout (lelah berlebihan akibat stres) bisa muncul dalam proses kreatif. Salah satunya bagi mereka yang menggambar atau melukis dalam keseharian.

Lantas, bagaimana cara mengatasi creative block atau burnoutSimak penjelasannya.

Baca juga:

Cara mengatasi creative block atau burnout dalam berkarya

Tetap berkarya, tapi perlahan

Ilustrator, Chenny Aviana, dan karyanya di Museum Speaking of Skin di Bintaro Jaya Xchange Mall, Tangerang Selatan, Jumat (14/11/2025).KOMPAS.com/Aliyah Shifa Rifai Ilustrator, Chenny Aviana, dan karyanya di Museum Speaking of Skin di Bintaro Jaya Xchange Mall, Tangerang Selatan, Jumat (14/11/2025).

Bagi ilustrator Chenny Aviana, cara menghadapi masa-masa tersebut bukan dengan berhenti, melainkan tetap bergerak perlahan bersama prosesnya.

“Kalau aku jujur aja, aku gambar terus aja, aku paksa. Soalnya kalau misalkan aku diemin, biasanya aku malah jadi semakin males,” ucap Chenny saat ditemui dalam acara Museum Speaking of Skin di Bintaro Jaya Xchange Mall, Tangerang Selatan, Jumat (14/11/2025).

Chenny memilih untuk tetap menggambar meskipun hasilnya tidak selalu memuaskan. Baginya, yang penting adalah menjaga gerakan tangan agar tetap aktif. 

“Jadi, biasanya aku mencoba menggambar terus, walaupun jelek enggak apa-apa. Yang penting aku gambar terus, biar jadi semakin luwes lagi gitu,” tuturnya.

Meski begitu, ia mengakui bahwa setiap orang memiliki caranya sendiri dalam mengatasi creative block. Chenny hanya merasa bahwa berhenti sesaat bisa membuatnya semakin sulit untuk memulai kembali.

“Kalau aku sendiri, kalau misalkan aku stop sedikit aku takutnya nanti malah aku jadi keterusan males,” terangnya.

Baca juga:

Bedakan burnout fisik dan mental

Saskia Gita Sakanti, ilustrator yang mengangkat tema womanhood dalam karya lukisnya.KOMPAS.com/Aliyah Shifa Rifai Saskia Gita Sakanti, ilustrator yang mengangkat tema womanhood dalam karya lukisnya.

Sementara itu, ilustrator Saskia Gita Sakanti menawarkan perspektif yang berbeda. Menurutnya, burnout antara fisik dan mental membutuhkan penanganan yang tidak sama.

“Kalau aku sebenarnya tergantung jenis burnout-nya itu gimana. Kalau fisik, pasti aku harus istirahat dulu. Karena tanganku cuma dua,” kata Sakanti dalam kesempatan yang sama.

Ia pernah mengalami masa ketika terlalu memaksakan diri hingga berujung rasa sakit yang membekas. Pengalaman itu membuat Sakanti lebih peka terhadap sinyal yang diberikan tubuhnya.

“Aku tuh ada momen di mana dulu sempat memaksa (menggambar) dan tanganku tuh sakit banget,” ungkapnya.

Dengan demikian, ketika burnout bersifat fisik, Sakanti memilih berhenti sejenak.

“Jadi sebenarnya kalau misalnya burnout secara fisik, aku emang harus memaksa diri buat istirahat,” ucapnya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau