Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Ira Menghadapi Rasa Bersalah sebagai Ibu Bekerja dengan Anak ADHD

Kompas.com, 3 Desember 2025, 12:05 WIB
Ida Setyaningsih

Penulis

KOMPAS.com – Rasa bersalah kerap menjadi bayang-bayang bagi banyak ibu bekerja, terutama ketika mereka merasa belum mampu memberi yang terbaik untuk anak.

Hal inilah yang sempat dialami Ira Farmawati (34), Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pekalongan, yang tengah membesarkan dua anak, salah satunya dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

Dalam kesehariannya, Ira mengaku kerap bergulat dengan perasaan tidak cukup baik.

"Sebagai ibu bekerja, kadang saya ingin bisa selalu hadir dan mendampingi perkembangan anak setiap saat, tapi energi dan waktu tidak selalu memungkinkan," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, baru-baru ini.

Meski telah berusaha keras mengatur waktu, energi, dan perhatian, rasa bersalah itu tetap muncul, terutama ketika perkembangan anaknya tidak sesuai harapan atau ketika ia pulang kerja dalam kondisi lelah sementara sang anak sedang berada di fase hiperaktif.

"Sampai sekarang rasa (bersalah) itu kadang muncul. Ada kalanya saya merasa bersalah ketika perkembangan anak belum sesuai harapan. Tapi pada akhirnya saya belajar bahwa sekecil apa pun progresnya layak untuk dirayakan dan disyukuri,” ujar Ira.

Awal menyadari perbedaan perkembangan anak

Titik awal perjalanan emosional Ira muncul ketika ia menyadari bahwa perkembangan anak pertamanya berbeda dari anak-anak seusianya.

“Awalnya itu cukup berat. Saya harus menerima dulu, lalu belajar, dan mencari bantuan yang tepat,” kata Ira.

Ia kemudian mulai mencari informasi dan konsultasi medis untuk memahami apa yang dibutuhkan anaknya.

Baru setelah itu, ia menyadari bahwa ADHD bukan kegagalan, melainkan kondisi yang membutuhkan pendekatan berbeda.

Pemahaman ini menjadi pijakan awal untuk bisa menjalani pengasuhan dengan lebih tenang.

Baca juga: Perjuangan Ira Membesarkan Anak dengan ADHD, Tentang Menerima dan Mencintai

Sebagai ibu, apakah pernah merasa kewalahan?

Sebagai ibu yang bekerja penuh waktu, Ira mengaku sering berada dalam kondisi fisik yang lelah.

Namun, saat sampai rumah, ia harus tetap hadir utuh sebagai ibu.

Dalam situasi ketika sang anak sedang hiperaktif, Ira merasa tubuh, pikiran, dan perasaan seperti saling bertabrakan.

"Di momen seperti itu, tubuh, pikiran, dan perasaan seperti bertabrakan," ujarnya.

Ira berusaha menata ulang energi yang tersisa, tetapi tidak selalu mudah.

Kondisi ini kerap menjadi pemicu munculnya rasa bersalah.

Meski demikian, ia belajar melihat setiap kemajuan kecil anaknya sebagai sesuatu yang patut dirayakan, sekaligus pengingat bahwa proses yang mereka jalani tidak sia-sia.

Baca juga: Cerita Kartika Hadapi Tekanan Jadi Ibu Sempurna dari Mamanya Sendiri

Bagaimana cara menghadapi ekspektasi lingkungan terhadap peran ibu?

Tantangan lain yang dihadapi Ira adalah ekspektasi masyarakat terhadap peran seorang ibu serta minimnya pemahaman terkait anak berkebutuhan khusus.

"Kadang sulit memberi pemahaman, tapi saya tetap berusaha menjelaskan dengan sabar kepada orang-orang yang memang perlu tahu," terang Ira.

Baginya, dukungan emosional sederhana seperti tidak menghakimi, mendengarkan, atau kalimat apresiasi kecil bisa sangat berarti.

Ketika orang terdekat memberikan pemahaman yang tulus, hal itu menjadi penguat besar dalam perjalanan pengasuhannya.

Belajar memaafkan diri sendiri

Saat pikiran negatif datang seperti “aku seharusnya bisa lebih baik” atau “aku belum jadi ibu yang baik”, Ira memilih berhenti sejenak dan bernapas.

Ia mengingat kembali semua upaya yang telah ia lakukan, yang tidak semua ibu mungkin mampu jalani.

"Saya bilang pada diri sendiri, ‘tidak semua orang bisa menjalani ini. Kamu sudah melakukan yang terbaik'," ujarnya.

Pendekatan self-compassion ini membantunya tetap stabil secara emosional.

Ia menyadari bahwa memaafkan dan menghargai diri sendiri bukan kelemahan, tetapi bagian penting agar ia bisa hadir secara utuh untuk anak-anaknya.

Ira, ibu bekerja dengan anak ADHD, belajar menerima prosesnya, memaafkan diri, dan merayakan progres kecil yang sering luput dilihat banyak orang.
dok. Ira Farmawati Ira, ibu bekerja dengan anak ADHD, belajar menerima prosesnya, memaafkan diri, dan merayakan progres kecil yang sering luput dilihat banyak orang.

Peran support system di sekitar

Di tengah semua proses yang panjang dan melelahkan, Ira merasa sangat terbantu oleh suaminya dan orang-orang terdekat yang tidak menghakimi.

Menurutnya, dukungan yang tulus dapat meredakan tekanan yang ia rasakan.

"Kalimat sederhana seperti ‘kamu ibu yang hebat’ itu sangat berarti," ucapnya.

Merayakan progres kecil

Titik balik bagi Ira terjadi ketika orang lain mulai menyadari perubahan signifikan pada perkembangan anaknya.

Saat itu, ia merasa perjuangan panjangnya, air mata, rasa bersalah, dan pembelajaran tanpa henti tidak sia-sia.

"Momen itu membuat saya sadar bahwa semua usaha, air mata, dan proses panjang ini tidak sia-sia," ujar Ira.

Kini, Ira memilih merayakan setiap progres kecil.

Baginya, pengasuhan adalah perjalanan panjang, bukan perlombaan.

Baca juga: Cerita Kartika Menghadapi Rasa Bersalah sebagai Ibu dan Keputusannya Melepaskan Karier

Apa pesan untuk para ibu di luar?

Untuk para ibu yang mungkin merasakan hal serupa, kehilangan arah, merasa kurang, atau dihantui rasa bersalah, pesan Ira sederhana namun penuh makna.

"Maafkan dirimu sendiri. Berterima kasihlah pada dirimu karena sudah bertahan sejauh ini. Tidak ada ibu yang sempurna, tapi selalu ada ibu yang penuh cinta," pesan Ira.

Melalui kisahnya, Ira mengingatkan bahwa menjadi ibu bukan soal mencapai standar tertentu, melainkan tentang hadir, berusaha, dan mencintai diri sendiri dalam prosesnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Baca tentang


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau