Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/02/2017, 14:00 WIB

MALANG, KOMPAS — Ketidakmerataan penempatan dokter spesialis di Indonesia terus berusaha diatasi. Mulai tahun ini, sebanyak 1.250 dokter spesialis dari lima bidang spesialis mulai dikirim ke daerah-daerah pinggiran untuk meratakan layanan kesehatan.

Demikian disampaikan Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, Kamis (23/2), seusai menjadi pembicara kunci dalam Semiloka Nasional Pendidikan Dokter Spesialis dan Subspesialis di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.

"Program wajib kerja dokter spesialis ini bertujuan memeratakan layanan kesehatan di Indonesia. Itu menjadi bagian upaya penguatan layanan kesehatan masyarakat," kata Nila.

Program wajib kerja dokter spesialis itu berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2017. Tahun ini, menurut Nila, mulai dikirim 1.250 dokter spesialis ke sejumlah daerah pinggiran Indonesia, seperti Papua, Kalimantan, dan Sulawesi. Jumlah dokter spesialis yang terkena wajib kerja ditargetkan akan sama pada 2018 dan 2019, yaitu 1.250 dokter setiap tahun.

"Mereka yang dikirim untuk sementara berasal dari lima bidang spesialis, yakni bedah, kebidanan, penyakit dalam, anestesi, dan anak. Ke depan, harapannya bisa semakin banyak bergabung dokter spesialis dari bidang lainnya," tutur Nila.

Para dokter spesialis itu nantinya akan bertugas selama setahun sebelum kembali ke tempat asal. "Model pengiriman dokter spesialis itu berdasar permintaan daerah. Jika tak ada permintaan, tak mungkin kami kirim dokter ke sana. Ini karena (pemerintah) daerah yang lebih tahu kebutuhan dokter spesialis di sana," kata Nila.

Mengenal medan

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Kohar mengatakan, pihaknya bersiap menjalankan program wajib kerja dokter spesialis itu. "Ada beberapa daerah yang bisa kami kirimi dokter spesialis. Kalau di Jawa Timur, misalnya, di Pulau Bawean. Di sana ada rumah sakit, tetapi SDM-nya berupa dokter spesialis belum ada," ujar Kohar.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Sri Andarini menambahkan, program wajib kerja dokter spesialis ini bagus untuk mengajak dokter spesialis mengenal medan di luar kota besar.

"Biasanya mereka memilih berada di kota besar karena selama ini mungkin memikirkan keluarga. Di samping itu, di daerah pinggiran belum tentu memiliki fasilitas selengkap di kota, di mana hal itu bisa mengganggu keberhasilan tugas mereka," tutur Sri.

Sri mengatakan, saat ini belum ada lulusan dokter spesialis Universitas Brawijaya yang akan dikirim dalam program tersebut sebab bidang spesialis mereka berbeda. "Bulan depan, saat ada lulusan spesialis dengan bidang sesuai, tentu kami akan mengirim dokter spesialis untuk mengikuti wajib kerja itu," ucapnya. (DIA)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Februari 2017, di halaman 14 dengan judul "Kemenkes Mulai Sebar Dokter Spesialis".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com