Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pending, Cantiknya Perhiasan Tradisional Peranakan Indonesia

Kompas.com - 16/05/2017, 16:03 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kekayaan etnik Indonesia tak terbatas. Masing-masing memiliki ciri dan makna, baik itu kain, hingga perhiasan.

Bila kain lebih dulu populer dengan ragam motif dan warna, maka perhiasan pun tak kalah berdaya pikat.

Salah satu perhiasan dari Indonesia yang populer adalah bentuk Pending.

Ciri khas dari perhiasan Pending ini berbentuk oval dan dikenakan sebagai kepala dari ikat pinggang.

Antropolog Universitas Indonesia, Notty J Mahdi, menceritakan, perhiasan bentuk Pending  tersebar hampir di seluruh budaya di Indonesia, mulai dari Sumatera hingga Kalimantan. Lalu, di berbagai daerah, Pending yang asalnya dibawa oleh pedagang Tiongkok ke Indonesia ini pun mengalami ragam transformasi bentuk.

Pending yang semula dijual kepada raja dan ratu pada abad ke-7 bergulir membumi ke masyarakat.

Pedagang Tiongkok dan masyarakat kala itu mengalami pembauran budaya dan belakangan disebut sebagai masyarakat peranakan.

Alhasil, perhiasan Pending mulai menjadi koleksi masyarakat sosial pada umumnya dan tak lagi terbatas sebagai koleksi raja dan ratu.

“Mereka kembangkan perhiasan Pending untuk bagian dari pernikahan, Cap Gomeh, Imlek,” kata Notty saat peluncuran 20 model perhiasan Pending Seri Nusa dari The Palace dan Samuel Wattimena di Plataran Menteng di Jakarta Pusat, Selasa (16/5/2017).

Namun, karena biaya impor Pending dari Tiongkok mahal, masyarakat di abad ke-12 mulai beralih mencarinya di perajin lokal di Nusantara.

Masa peralihan tersebut menjadikan persebaran Pending mulai terjadi dari Pulau Sumatera terus merambah hingga Jawa dan Kalimantan.

Pending, pada masing-masing daerah tersebut mengalami transformasi, tetapi tidak meninggalkan esensi dan filosofi awal Pending, misal, di Aceh hiasan di Pending ditambahkan bunga yang menandakan hidup harus Indah.

“Pending itu tak pernah berbentuk lancip, karena filosofi Tiongkok, bentuk harus bulat, agar rezeki, kebahagiaan terus berputar,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com