KOMPAS.com – Kurangnya waktu dalam menyiapkan makanan untuk keluarga membuat kita beralih pada pilihan untuk membeli makanan cepat saji. Harga dan promo yang ditawarkan produsen restoran cepat saji selama beberapa dekade terakhir ini sering membuat terlena dengan kemudahan yang mereka tawarkan. Tapi, apakah makanan cepat saji ini baik untuk Anda atau anak-anak Anda?
Meski mengonsumsi makanan cepat saji bukanlah satu-satunya penyebab tingginya angka obesitas, diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi dan penyakit yang berhubungan dengan diet lainnya, kemungkinan itu merupakan kunci dari kontribusi dalam kehidupan Anda, terutama di kalangan anak-anak. Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang makan lebih banyak makanan cepat saji cenderung mendapatkan lebih banyak kalori dan sedikit nutrisi dibandingkan dengan mereka yang kurang atau tidak mengkonsumsi makanan cepat saji.
Memakan makanan cepat saji dalam masa diet dapat menjadi penanda sebuah kebiasaan yang kurang sehat secara keseluruhan. Mungkin keluarga yang makan makanan cepat saji, dikarenakan mereka tidak memiliki waktu untuk memasak makanan rumahan, sehingga lebih memutuskan mencari makanan cepat saji untuk disantap bersama keluarga.
Beberapa organisasi kesehatan, seperti ahli diet yang terdaftar, dokter dan organisasi yang berbasis di Washington, DC, Centers for Science in the Public Interest (CSPI), telah menyarankan kepada masyarakat untuk meraih porsi kecil dan memperhatikan gizi jika sedang makan makanan cepat saji. Alasannya, ada bukti bahwa makanan cepat saji tidak akan pernah menjadi makanan sehat dalam waktu dekat.
Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam American Journal of Preventive Medicine melihat menu dari delapan makanan cepat saji yang populer selama periode 14 tahun ini dan menemukan hanya sedikit perbaikan dalam kualitas gizi dalam menu tersebut.
Dalam siaran pers studi tersebut, Margo G. Wootan, DSc, dari IHSG mengatakan, "Ini peningkatan kecil yang mengecewakan, dan sedikit mengejutkan, mengingat banyak beberapa produsen yang menyatakan telah menambahkan pilihan menu sehat, yang mana beralih pada memasak lemak sehat, mengurangi natrium, dan berusaha mempromosikan perubahan lainnya melalui media atau iklan.”
Studi terbaru lain yang dipublikasikan dalam The Journal of Adolescent Health menemukan, remaja yang membeli makanan dari Subway, meski dirasa sehat, ternyata makanan yang dimakannya mengandung banyak kalori (meskipun mereka memperoleh lebih banyak sayuran), dan kemungkinan makanan itu juga dapat berasal dari McDonald.
Para peneliti menyimpulkan bahwa makanan dari kedua restoran cenderung memberikan kontribusi makanan yang berlebihan di kalangan remaja.
Sebagai seorang ahli diet dan ahli gizi, Margo menganjurkan semua makanan bisa menjadi cocok atau sehat, asal dengan pendekatan cara makan yang benar.
“Saya selalu membiarkan anak-anak saya, yang sekarang berusia 14 dan 11 tahun untuk sesekali makan makanan cepat saji. Mereka sangat menyukai cheese burger dan kentang goreng, sama juga seperti saya. Namun dalam banyak hal, saya juga menyesali pernah memperkenalkan anak-anak saya pada makanan cepat saji sebagai menu utama mereka,” ungkap Margo.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.