Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/06/2013, 14:39 WIB

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, desainer busana muslim Dian Pelangi berkesempatan untuk mengunjungi empat kota fashion di dunia, yaitu Paris, Melbourne, Den Haag, dan Hannover. Keberangkatannya ini ternyata memiliki dua misi khusus, yaitu memperkenalkan budaya Indonesia melalui fashion sekaligus memperkenalkan busana muslim.

"Banyak pengalaman menarik yang saya dapatkan di sana. Namun, sebagai seorang desainer busana muslim saya juga dapat tambahan pengetahuan tentang selera berbusana muslim di negara-negara tersebut," ungkap Dian di Galeri Dian Pelangi, Kemang, Jakarta, waktu lalu. Ditambahkan Dian, pengalaman ini berguna sebagai modal untuk membawa desain-desain busananya untuk go international.

Paris, Perancis
Di negara yang dinobatkan sebagai pusat fashion dunia ini, Dian mengungkapkan bahwa busana muslim belum begitu berkembang. "Ada aturan pemerintah yang melarang warga Perancis untuk menggunakan beragam atribut keagamaan dari semua agama saat bekerja atau sekolah. Maka banyak perempuan muslim yang takut untuk berhijab," jelas perempuan kelahiran Palembang, 14 Januari 1991 ini.

Namun, ketika sedang santai atau berjalan-jalan, penggunaan jilbab dan busana muslim tidak dilarang. Sejauh pengamatan Dian, perempuan muslim di Paris lebih suka mengenakan busana muslim dan jilbab dalam warna-warna gelap agar tak terlalu mencolok perhatian orang lain. Selain itu, mereka juga suka memakai busana muslim dengan bahan yang tebal atau dari sutera. Pemilihan cutting busananya terlihat sudah cukup modis, misalnya coat, jaket, atau busana dengan lining tebal.

Melbourne, Australia
Diakui Dian, negeri kangguru ini lebih familiar dengan busana muslim dan jilbab dibandingkan Paris. Tak heran jika di kota ini Dian banyak menemukan perempuan yang berlalu lalang dengan jilbabnya. Karena merasa lebih bebas mengenakan jilbab, perempuan muslim di kota ini menyukai busana muslim yang bergaya modern. Mereka juga terlihat lebih berani padu padan busana dan mengekspresikan style mereka sendiri.

"Bahkan mereka sangat ingin terlihat stand out di antara orang lain," ujar lulusan Ecole Superieur des Arts et Techniques de la Mode (ESMOD) tahun 2008 ini.

Den Haag, Belanda
Sama seperti Paris, masyarakat kota Den Haag juga belum banyak mengenal busana muslim. Namun, berdasarkan observasi Dian, terlihat bahwa selera berpakaian masyarakat Belanda sangat beragam. Mereka sangat menyukai corak busana yang warna-warni dari kain tradisional Indonesia, dan sangat menyukai batik.

"Dari dua koper baju berbahan batik yang saya bawa, semuanya habis diborong mereka," jelasnya antusias. Busana muslim yang sangat diminati lebih banyak mengarah pada busana dengan lining tebal, dress panjang, coat, dan celana palazzo.

Hannover, Jerman
Dibandingkan tiga kota lain yang disinggahi sebelumnya, Hannover dinilai Dian paling menantang. Tantangannya adalah, negara ini belum mengenal busana muslim dan jilbab sama sekali. "Mereka sama sekali tidak tahu tentang hijab. Bahkan mereka mengira jilbab yang saya pakai ini adalah hairpiece yang dipakai karena saya kedinginan," ceritanya.

Meski demikian, niatnya tak surut untuk memperkenalkan busana muslim di kota ini. Nampaknya, masyarakat Jerman pun cukup antusias melihat desain-desain busana muslim dan jilbab yang dipamerkannya. Dari busana-busana muslim Dian yang disukai masyarakat, termasuk Puteri Nadja dari kerajaan Jerman, Dian menyimpulkan bahwa selera berpakaian masyarakat Jerman adalah busana-busana dengan warna-warna yang sangat cerah (shocking).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com