Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/10/2013, 14:14 WIB
D. Syafrina Syaaf

Penulis

KOMPAS.com — Mulai pertengahan tahun ini, olahraga lari semakin digandrungi oleh para penduduk ibu kota. Jika dulu orang berbondong-bondong latihan di gym, sekarang mereka justru mengincar car free day di akhir pekan, agar bisa lebih leluasa berlari di sepanjang Jalan Sudirman dan sekitar.

Karena terbiasa mengekor tren, tak heran jika banyak pencinta lari dadakan tersebut tidak benar-benar memahami bagaimana teknik lari yang aman, atau betapa pakaian yang Anda kenakan berpengaruh pada kecepatan lari Anda. Simak uraian Alex Figuerora, pelatih lari profesional dan pendiri Priority1 Wellness.

Buang sepatu olahraga yang telah sering dipakai

Apabila akvitas berlari Anda mengandalkan sepatu lari yang mahal dan bermerek, Anda harus menyimak uraian berikut. Sepatu yang keseringan dipakai, tak lagi memberikan fungsi maksimal. Sepatu olahraga tidak sama dengan jenis sepatu lainnya. Sepatu lari dirilis dengan fitur-fitur yang memiliki jangka waktu berbatas. Jadi, ketika sepatu usang masih tetap Anda kenakan untuk lari, hal ini hanya akan membuat kaki lemah dan tubuh cenderung mudah sakit atau cedera.

Jangan melangkah terlalu lebar

Posisi badan terlalu menjorok ke depan dapat menguras energi Anda. Sikap tubuh paling efisien saat berlari adalah tegak dan sedikit saja bersandar ke arah depan. Jika sewaktu berlari Anda merasa tubuh tidak seimbang, seperti akan terjatuh, jangan langsung berhenti, majulah sedikit untuk "menangkap" tubuh dan menjaga keseimbangan.

Jangan berlari terlalu cepat

Banyak dari Anda yang berpikir bahwa dengan berlari cepat, maka kalori yang terbakar semakin banyak, atau tubuh menjadi lebih bugar dan sehat. Figuerora justru merekomendasikan teknik berlari bertahap yang mudah untuk diaplikasikan.

Mulanya Anda harus berlatih lari santai terlebih dulu. “Kurangi kecepatan lari, gunakan alat monitor pacu jantung. Ini adalah cara berlari cerdas, jangan memaksa tubuh terlalu keras,” saran Figueroa.

Atur monitor jantung pada kecepatan yang diinginkan, dan jangan berlari melebih kecepatan yang telah ditetapkan tersebut. Biarkan tubuh Anda beradaptasi terlebih dulu, sampai akhirnya Anda mampu berlari dengan ritme yang Anda impikan. Intinya, Anda bisa mencapai kecepatan yang diinginkan, tetapi jangan sampai memaksa tubuh di luar batas kemampuannya.

Jangan mengandalkan tumit

Saat sedang berlari, hindari mendaratkan tumit terlebih dulu. Simpan kekuatan tumit Anda untuk sesi berlatih jalan kaki. “Ketika Anda berjalan normal, posisi kaki yang lain secara otomatis ‘menempel’ pada dataran, namun saat lari, ada momen di mana tubuh sedikit melayang ringan. Jadi berbahaya jika saat lari, Anda menggerakkan kaki bak sedang berjalan,’’ ujar Alex Figuerora, pelatih lari dan pendiri Priority1 Wellness. Kebiasaan berlari dengan mengandalkan kekuatan tumit dapat mengakibatkan nyeri punggung dan lutut.

Saat berlari, pastikan bagian kaki yang menginjak dataran adalah telapak depan. Cara ini memudahkan otot Anda untuk "menangkap" bobot saat tubuh berada dalam posisi melayang. Gerakan seperti ini mengurangi efek terjadinya cedera pada tulang dan sendi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com