Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/03/2014, 14:58 WIB
Syafrina Syaaf

Penulis

Sumber NAKITA

KOMPAS.com - Anak pendek, aliasstunting adalah pertanda buruknya status gizi, alias kurang gizi. Celakanya lagi, kondisi anak pendek tersebut sekaligus mengindikasikan otak tak mendapat asupan cukup, sehingga tingkat kecerdasan anak sangat rendah.

 

Menurut Menteri Kesehatan RI, Nafsiah Mboi, anak pendek atau stunting masih menjadi masalah utama pemenuhan gizi anak Indonesia. “Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2010 memang menunjukkan status gizi anak sudah semakin membaik. Namun nyatanya masih banyak anak yang mengalami stunting atau anak pendek,” kata Menkes pada perayaan Hari Gizi Nasional (HGN) bertema Gizi Baik Kunci Keberhasilan JKN, Selasa (25/2/2014).

Riskesdas 2013 menyatakan, sebanyak 37 persen anak Indonesia mengalami stunting. Angka anak pendek ini memiliki sebaran yang tidak sama antar propinsi. Di beberapa propinsi angka anak yang mengalami stunting mencapai 50 persen.

Stunting tak hanya merugikan pertumbuhan fisik dan kognitif, tapi juga kesehatan anak di masa mendatang. “Kita mengenalnya sebagai fenomena Barker, yaitu dampak lanjutan daristunting yang berefek pada kesehatan dan produktivitas anak,” kata Deputi Menteri PPN/Kepala Bappenas Bidang SDM dan Kebudayaan, Nina Sardjunani.

Tingkat kecerdasan yang menurun, menurut Nina, menyebabkan rendahnya produktivitas anak ketika dewasa. Akibatnya, pendapatan yang diperoleh kurang dan tidak menghindarkan dirinya dari garis kemiskinan. Risiko tersebut belum termasuk ancaman diabetes mellitus dan penyakit jantung koroner yang diderita pada usia muda.

“Efek ini tentunya bisa mempengaruhi kondisi negara. Kecilnya pemasukan masyarakat berarti pendapatan per kapita negara tersebut rendah. Hal ini berarti Negara tersebut dilingkupi masalah kemiskinan,” kata Nina.

Berkaca dari kondisi ini, kondisi gizi anak harus segera diperbaiki. Gizi yang tercukupi diharapkan bisa memenuhi kebutuhan anak untuk tumbuh dan berkembang. Sehingga anak pendek dapat diminimalkan.

“Pemenuhan gizi harus dimulai sejak dalam kandungan. Ketika wanita berencana hamil, pastikan selalu mengkonsumsi asupan nutrisi sesuai kebutuhan. Asupan dalam tubuh ibu menentukan pembentukan tubuh dan tumbuh kembang anak,” kata Nafsiah.

Dalam puncak perayaan HGN, Kemenkes RI juga meluncurkan 4 buku yang akan disebarluaskan  kepada masyarakat. Buku tersebut mencakup Angka Kecukupan Gizi (AKG), Pedoman Gizi Seimbang (PGS), Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS), dan komik “Ayo Sarapan Sehat.”   

“Dalam buku ini ada angka kebutuhan gizi dan tahapan supaya nutrisi anak terpenuhi. Namun cara ini sebaiknya disederhanakan sehingga mudah diikuti masyarakat,” kata Nafisah yang menambahkan mengharapkan edukasi sederhana ini dapat menurunkan angka anak pendek atau stunting

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com